"Kami tidak tahu lagi deh, industri yang selalu berkorban dengan kondisi ini," kata Ketua PHRI Balikpapan, Dody Achadiyat, Kamis (9/10).
Dody menyatakan, bila kondisi ini terus dibiarkan berkelanjutan dipastikan mempengaruhi dunia usaha Kaltim. Pengusaha mengkhawatirkan kepastian pasokan energi yang tidak mampu dipenuhi oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Hanya janji-janji saja dari dahulu," ungkapnya.
Dody juga mempertanyakan genset milik PLN sisa Pekan Olahraga Nasional (PON) Kalimantan Timur dahulu. Menurutnya, pembangkit ini dapat difungsikan saat kondisi darurat seperti ini.
Sehubungan masalah ini, Dody mengaku hanya bisa mengirimkan surat keberatan kepada PLN tanpa bisa berbuat apa-apa.
"Paling cuma itu saja bisa kami lakukan," sesalnya.
Pada kondisi sehari-hari, PLN Kalimantan Timur membatasi suplai listrik untuk industri dan perhotelan pukul 17.00 hingga 22.00 Wita pada sistim Mahakam. Padahal, kata Dody pada saat itu bisnis perhotelan paling membutuhkan suplai listrik terbesar untuk penerangan kamar para tamu hotel.
"Sehingga otomatis kami hanya mengandalkan pembangkit listrik selama 5 jam non stop," ujarnya.
Selama sebulan penuh, setiap hotel Kalimantan Timur, kata Dody membutuhkan sebanyak 25 ton solar dengan harga satu liter Rp 12 ribu. Bila diuangkan pengeluaran setiap hotel nilai berkisar hingga Rp 180 juta untuk setiap bulannya.
"Diterapkan harga industri sebesar Rp 12 hingga 13 ribu setiap liter solar," paparnya.
Dody mengatakan, rata-rata setiap hotel menanggung biaya beban energi hingga Rp 180 juta untuk pembelian 15 ton solar industri. Hotel terpaksa pula melakukan efisiensi dengan menekan biaya-biaya pengeluaran lainnya.
Margin keuntungan usaha perhotelan, menurut Dody secara otomatis juga mengalami penurunan dengan adanya pembatasan pasokan listrik sektor industri. Menurutnya, hal tersebut disebabkan pihak hotel tidak bisa secara langsung membebankan pengeluaran kepada tarif kamar hotel.
"Konsumen nanti akan menurun drastis," ungkapnya.
Namun demikian, jasa perhotelan Balikpapan akan menaikan tarif kamar standar hingga 12 persen sehubungan pembatasan pasokan listrik. Dody beralasan, penaikan tarif hotel untuk menjaga kelangsungan industri perhotelan di Kalimantan Timur.
"Kami menghimbau agar hotel jangan dijual murah bila kondisinya seperti ini," ujarnya.
SG Wibisono