TEMPO Interaktif, Jakarta:Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berpartisipasi menjaga tatanan ekonomi nasional dengan tidak melakukan langkah-langkah spekulatif yang bisa memperparah situasi akibat krisis Amerika Serikat bagi ekonomi Indonesia.
Permintaan presiden tersebut disampaikan saat memimpin Rapat Terbatas dengan sejumlah Badan Usaha Milik Negara dan Perbankan Nasional serta pihak Bank Indonesia dalam menyikapi situasi ekonomi nasional dan regional yang semakin memburuk.
"Presiden meminta BUMN tidak memperburuk situasi," ujar Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara sekaligus Menteri Keuangan Ad Interim Sofyan Djalil seusai rapat. Rapat mendadak ini sendiri digelar sejak pukul 22.30 sampai pukul 00.00 WIB.
Hadir juga dalam rapat ini Wakil Presiden Jusuf Kalla, Deputi Gubernur Senior BI Miranda Goeltom, Kepala BEI Erry Firmansyah, Ketua Kadin MS Hidayat, Pimpinan BUMn Besar seperti Pertamina, PLN dan PGN dan pimpinan perbankan nasional.
Bentuk partisipasi tersebut, ujar Sofyan, BUMN yang memiliki cadangan keuangan besar melakukan pembelian saham kembali untuk membantu transaksi di bursa. Di sampaing itu, BUMN yang memiliki cadangan devisa berupa dollar diminta disimpan di bank nasional untuk memperkuat posisi cadangan devisa.
"Untuk kebutuhan valas juga diminta berkoordinasi dengan BI, intinya jangan sampai ada langkah-langkah yang bisa memperburuk situjasi," kata dia.
Dalam kesempatan ini, ujar Sofyan, disampiakan juga soal penutupan sementara proses jual beli saham di bursa. Presiden mendukung langkah ini dan memakluminya karena beberapa negara seperti Rusia melakukan hal yang sama.
Sofyan juga menyatakan kemungkinan bursa baru dibuka Jumat dan akan terus dipantau kondisi internal dan eksternal yang kira-kira mendukung dibukanya kembali aktivitas di lantai bursa. "Yang jelas, Kamis masih tutup, melihat kemungkinan dibukanya Jumat," ujar dia.
Anton Aprianto