Namun, seperti tahun kemarin, tarifnya pun diperkirakan akan mengalami kenaikan. “Kenaikan hanya dapat terjadi pada bus berkelas nonekonomi,” kata Joko Suprapto, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Surakarta, Jawa Tengah.
Pada kelas nonekonomi tidak ada pengaturan tarif secara khusus. “Tarifnya mengikuti mekanisme pasar,” kata Joko. Jika permintaan naik, tarif pun kemungkinan juga akan naik.
Berbeda dengan bus kelas ekonomi, pemerintah telah menentukan tarif batas bawah dan batas atas. Meskipun di tengah suasan Lebaran, harga tiket tidak diperkenankan melebihi batasan tersebut.
Untuk bus ekonomi Antar Kota Dalam Provinsi, batas bawah ditetapkan sebesar Rp 92 per kilometer per penumpang dan batas atas Rp 150 per kilometer per penumpang. Sedangkan untuk bus ekonomi Antar Kota Antar Propinsi, tarif batas bawah ditetapkan sebesar Rp 92 ribu dan batas atas Rp 150 ribu.
“Untuk tahun kemarin harga tiket bus non ekonomi mencapai Rp 250 ribu,” kata Joko Suprapto. Pada hari-hari biasa, harga tiket berkisar antara Rp 180 ribu hingga Rp 200 ribu. Jika peminat mudik lebih banyak, tahun ini harga tiket berpotensi untuk lebih tinggi. “Mudah-mudahan tidak banyak pemudik bersepeda motor,” harap Joko.
Kemungkinan naiknya tarif bus nonekonomi tersebut juga diakui Sri Wiyoso, Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata dan Seni Budaya Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. “Tidak ada ketentuan tarif untuk bus kelas tersebut,” katanya. Harga diserahkan sepenuhnya pada kesepakatan antara penumpang dan penyedia jasa transportasi.
Hingga saat ini Kabupaten Wonogiri tengah mempersiapkan seribu lebih armada untuk keperluan Lebaran. Armada tersebut meliputi 489 unit bus Antar Kota Antar Propinsi, 179 unit bus Antar Kota Dalam Propinsi, 66 unit bus cadangan, 85 Angkutan Kota dan 462 Angkutan Pedesaan, serta 15 unit kapal wisata.
Ahmad Rafiq