Sekretaris Kecamatan Ngantang Ruba’i menyampaikan pembangunan kandang yang berfungsi sebagai pusat pembiakkan itu ditujukan untuk meningkatkan produksi susu segar. Rata-rata per hari Ngantang menghasilkan 60 ton susu segar.
Jumlah produksi itu masih di bawah permintaan PT Nestle Indonesia. Industri pengolahan susu yang berlokasi di Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan, ini meminta 70 ton per hari.
Kandang pembiakan sedang dibangun di atas lahan seluas 29 ribu meter persegi di Desa Tulungrejo. Proses pengerjaan sudah mencapai 50 persen dan diperkirakan seluruh pekerjaan selesai pada akhir 2008. “Selain untuk pembiakkan, kami akan mengolah limbah kotoran sapi menjadi biogas,” kata Ruba’i kepada Tempo, Jumat (5/9).
Suroso Haryo Utomo, peternak yang juga Kepala Desa Waturejo, menginformasikan seluruh susu segar disetor Koperasi Unit Desa Sumber Makmur. Di Ngantang ada sekitar 12 ribu ekor sapi. Rata-rata tiap ekor sapi mampu menghasilkan susu antara 15 liter sampai 20 liter per hari dan laku dijual dengan harga antara Rp 3 ribu sampai Rp 3.400 per liter.
Ruba’i dan Suroso sependapat bahwa penambahan populasi sapi perah merupakan cara paling efektif untuk mendongkrak produksi susu segar. Upaya ini harus disertai dengan ketersediaan hijauan pakan yang cukup dan berkesinambungan.
“Itulah sebabnya sekarang banyak petani di Ngantang yang tidak lagi menanam padi, tapi lebih suka menanam rumput gajah. Pasar rumput gajah terjamin dan harganya lebihnya menguntungkan daripada menanam padi,” kata Suroso.
Selain mendapat bantuan bibit rumput gajah (Pennisetum Pupureum) dari Pemerintah Kabupaten Malang, petani juga dibantu Perhutani yang menyediakan lahan khusus untuk penanaman rumput gajah. Tempo|Abdi Purmono