TEMPO Interaktif, Surabaya: Direktur Lalulintas Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar Condro Kirono menegaskan, kematian aktor Sophan Sophiaan di Ngawi pada 17 Mei 2008 lalu merupakan kecelakaan tunggal. Meskipun demikian, polisi tetap melakukan penyidikan untuk mengetahui apakah ada faktor lain di balik meninggalnya Sophan. "Sampai saat ini kami sudah memeriksa sembilan orang saksi," kata Condro di Surabaya.
Polisi, dia menambahkan, sampai saat ini masih berpegang pada hasil visum et repertum yang dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah Sragen, Jawa Tengah yang menyatakan bahwa Sophan mengalami memar, lebam-lebam, dan patah tulang rusuk. "Kami masih mendalami memarnya itu karena apa," ujar Condro.
Kepala Satuan Lalulintas Kepolisian Resor Ngawi Ajun Komisaris Eny Mardiasri menambahkan, kondisi ruas jalan Ngawi-Sragen yang dilalui peserta konvoi memang rusak. Di bahu kanan dan kiri jalan terdapat lubang sedalam 40 centimeter. Diduga roda depan motor Sophan terperosok pada lubang tersebut.
Mengenai kemungkinan Sophan terjatuh karena sengaja ditabrak, menurut Eny, kepolisian telah mendata siapa saja peserta konvoi yang saat itu berada tepat di belakang suami aktris senior Widiawati tersebut.
Polisi juga sudah meminta keterangan Marjoko, tukang ojek yang mengatakan melihat Sophan jatuh karena dilindas dari belakang. Menurut Eny, kesaksian Marjoko tidak dapat dipertanggungjawabkan karena lelaki itu datang ke lokasi kecelakaan setelah tiga jam kejadian. "Dia mengaku mengarang cerita agar diwawancarai kru infotaiment dan wartawan televisi," kata Eny.
Seperti diketahui, Sophan meninggal tak lama setelah mengalami kecelakaan di Desa Sidolaju, Kecamatan Kedunggalar, antara Kilometer 6 dan Kilometer 7 Ngawi. Sophan termasuk dalam rombongan Konvoi Jalur Merah Putih untuk memperingati 100 Tahun Kebangkitan Nasional.
Kukuh Wibowo