Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Pemerintah akan terus menekan jumlah utang luar negeri dan pada saat yang sama menggenjot pendapatan dalam negeri. Sebab, menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, jumlah utang luar negeri Indonesia sudah bannyak. "Ini dilakukan agar utang luar negeri tidak mencekik kehidupan ekonomi dan membebani generasi mendatang," kata Presiden pada pidato Peresmian 13 Proyek Minyak dan Gas di Kenali Asam, Jambi, Jumat (28/10). Menurut Presiden, rasio utang luar negeri Indonesia saat ini masih sekitar 44,8 persen dari produk domestik bruto. Jumlah ini memang semakin mengecil dibandingkan rasio saat krisis ekonomi lalu sekitar 70-80 persen. "Anggaran pembangunan harus tetap tersedia, pembangunan tidak boleh berhenti, tapi utang dikurangi," kata dia. Pemerintah, lanjutnya, telah mengindentifikasi sejumlah cara meningkatkan pendapatan dalam negeri. Ia menyebut sektor pajak, bea-cukai, pendapatan minyak dan gas, serta pariwisata. Ia menegaskan, semua pihak yang mampu bayar pajak agar bayar pajak secara proporsional. "Jangan mencari-cari kesempatan membayar pajak serendah mungkin," ujarnya. Sebaliknya, orang yang pendapatannya kurang sehingga tidak layak dikenai pajak, maka tidak perlu bayar. "Ini harus adil". Presiden Yudhoyono optimistis penerimaan pajak akan lebih karena saat ini sudah ada 10 juta wajib pajak dari sekitar 210 juta wajib pajak. Meski begitu, pemerintah tidak akan mengenakan tarif pajak berlebihan yang dapat menekan laju usaha. Budiriza
Iklan
