Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ambon Kembali Memanas

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Ambon:Situasi di Ambon kembali memanas. Ledakan bom dan rentetan bunyi tembakan senapan mulai terdengar menjelang Kamis tengah malam hingga Jumat dini hari (30/4). Serangan dilakukan kelompok yang menamakan diri Pro-Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di kawasan Batu Gantung, Kecamatan Nusaniwe, Ambon.Informasi yang diperoleh Tempo News Room dari sejumlahwarga sekitar yang dihubungi menyebutkan serangan itumengakibatkan sedikitnya 30 rumah terbakar. Belumdilaporkan adanya korban jiwa atau luka-luka dalamperistiwa ini. "Kami hanya menonton saja dan tak bisamelawan, karena tak ada senjata," kata Rheinold. Bersama warga lainnya, ia semalaman berjaga di kawasan Mangga Dua, yang berlokasitak sampai satu kilometer dari kawasan yang diserang.Menurut penuturan beberapa warga itu, serangan baruterhenti saat turun hujan cukup lebat sekitar pukul3.00 WIT. "Sepertinya mereka menggunakan bom yangdilepas dengan pelontar. Begitu mengenai gedung apotikyang bertingkat, langsung terbakar dan merembet kerumah-rumah di sebelahnya," Rheinold menambahkan.Informasi yang diperoleh dari pihak penyerangmenyebutkan bahwa aksi mereka itu ditujukan sebagaibalasan atas lemparan bom molotov yang menurut merekadilakukan para pendukung Republik Maluku Selatan(RMS). Pelemparan bom itu dikatakan telah melukai enamorang warga yang sedang berjaga-jaga di sekitarkawasan Talake-Waringin.Dari RS Al-Fatah sendiri sampai pagi ini telah masuk 15 pasien baru denganluka-luka bakar dan akibat terkena serpihan bom.Menurut sejumlah sumber di sana, mereka mendapatkanluka-luka itu dalam bentrokan yang terjadi malamhingga dini hari tadi di kawasan Batu Gajah.Menanggapi berbagai aksi kekerasan yang sepekan inikembali menyergap Ambon, Uskup Amboina Mgr. Mandagimeminta agar aparat keamanan berlaku lebih adilterhadap warga. Tindakan hukum yang tegas mestinyatidak hanya dikenakan kepada mereka yang mengakusebagai pendukung RMS yang menamakan diri FrontKedaulatan Maluku (FKM). Tetapi juga kepada merekayang menamakan diri sebagai pendukung NKRI yang telahmelakukan aksi pembakaran dan pembantaian. Apalagi aksi itu juga dilakukan terhadap parapenumpang kapal Doloronda yang tiba di pelabuhan YosSudarso Ambon dari Nusa Tenggara Timur. "Jangansamakan RMS dengan orang Kristen. Mereka yang RMSsudah ditahan polisi, tapi mengapa massa NKRI itutetap membakar tempat ibadah?" kata Mandagi. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Pendeta LeoHitijahubessy, yang memimpin jemaat Bethabara diKarang Panjang Bawah. Ia menyesalkan anggapan yangmenyamakan umat kristen dengan RMS. "Mereka itu hanyasegelintir saja. Dan kami ini bukan warga negara yangindekos di Indonesia, kenapa diperlakukan begini?"Gereja Nasaret yang dimpimpin Leo habis terbakarbersama 11 rumah warga di sekitarnya dalam seranganSelasa tengah malam hingga Rabu dini hari lalu. Leodan umatnya bahkan bersaksi di hadapan Kapolda MalukuBrigjen Bambang Sutrisno bahwa mereka melihat anggotaTNI dari kesatuan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud)11 yang berjaga di sekitar gereja merupakan pelakupembakaran dan penjarahan itu. "Jelas sekali kamimelihat semua itu."Di lokasi kejadian memang masih ditemukan beberapabutir selongsong peluru aparat seperti disebutkan Leodan umatnya. Tempo sendiri masih menemukan beberapabuah jerigen yang masih menyisakan minyak tanah disamping gereja dan rumah-rumah yang terbakar itu.Beberapa botol sisa minuman pun terlihat berserakan.Masing-masing berisi minyak tanah dan telah dilengkapisumbu kain. Saat memasuki salah satu rumah tersebut,jelas sekali aroma minyak tanah menyeruak. Sementaradi antara sisa-sisa reruntuhan bangunan gerejaditemukan sedikitnya empat buah bom rakitan yang belummeledak.Dibandingkan kemarin, situasi kota hari ini terbilanglebih sepi. Meski begitu aktivitas tetap terlihat disepanjang jalan-jalan utama kota. Pasar-pasar sepertidi Batu Meja dan sekitarnya pun tetap ramai.Y. Tomi Aryanto Tempo News Room
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Wisata Sejarah Jejak Portugis di Ambon, Papalvo Papalele Tak Pernah Ingkar Janji

21 Desember 2020

Aktivitas papalele di Gang Pos, Jalan Sultan Hairun, Kota Ambon, Senin, 7 Desember 2020. TEMPO | Khairiyah Fitri
Wisata Sejarah Jejak Portugis di Ambon, Papalvo Papalele Tak Pernah Ingkar Janji

Papalele memainkan peran yang amat penting selama konflik Ambon terjadi pada 1999. Prinsipnya kemanusiaan, kepercayaan, dan kesetiaan.


Traveling Cuma Sehari di Kota Ambon

1 Agustus 2018

Pantai Pintu Kota, Ambon, Maluku. Pantai ini berjarak sekitar 20 km dari pusat kota Ambon dan menjadi salah satu objek wisata yang terkenal. TEMPO/Dhemas Reviyanto Atmodjo
Traveling Cuma Sehari di Kota Ambon

Kami menginap di hotel yang berlokasi di tengah Kota Ambon untuk memulai traveling.


Mantan Laskar Jihad Ambon Serahkan Senjata Api kepada Polisi

31 Oktober 2016

Aparat TNI dan Polri berusaha menghalau warga yang kembali terlibat konflik di Ambon, Maluku, Selasa subuh (15/5). Konflik yang kembali terjadi bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Nasional Pattimura ke-195 mengakibatkan belasan sepeda motor terbakar dan 50 orang luka-luka. ANTARA/Jimmy Ayal
Mantan Laskar Jihad Ambon Serahkan Senjata Api kepada Polisi

Senjata yang diserahkan secara sukarela itu terdiri atas 1 pucuk laras panjang, 3 pucuk laras pendek, 2 mortir, dan ratusan peluru.


Konflik yang Dipicu Keberagaman Budaya Indonesia

21 Mei 2015

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama meletakan batu pertama Prasasti Jarum Mei 1998 ini untuk mengenang tragedi Mei 98 di TPU Pondok Rangon, Jakarta (17/05). Prasasti ini sebagai tanda memorialisasi TPU Pondok Rangon sebagai salah satu situs sejarah terkait tragedi Mei 1998. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Konflik yang Dipicu Keberagaman Budaya Indonesia

PBB mencatat sebanyak 75 persen dari konflik besar yang terjadi di dunia saat ini berakar pada dimensi kultural.


Bentrokan di Seram, Maluku, 13 Orang Ditahan

3 Januari 2013

Personil Brimob membersihkan bekas-bekas bentrokan ruas jalan Mardika-Batu Merah, Ambon, Maluku, Rabu (16/5). ANTARA/Jimmy Ayal
Bentrokan di Seram, Maluku, 13 Orang Ditahan

Ada sejumlah buron yang menyerahkan diri.


Komnas HAM: Polisi Biarkan Konflik Saparua Haruku

11 Februari 2012

Sejumlah  pengungsi yang tergabung dalam Koalisi Pengungsi Maluku (KPM) melakukan aksi demonstrasi di kantor Gubernur Maluku, Kamis (19/1). ANTARA/Izaac Mulyawan
Komnas HAM: Polisi Biarkan Konflik Saparua Haruku

Konflik yang menewaskan tujuh orang yang berlangsung Kamis, 9 Februari, tapi polisi baru menurunkan pasukan Sabtu pagi ini.


Ambon Memanas Lagi, Dua Rumah Terbakar dan Tentara Terluka

10 Juli 2010

Ambon Memanas Lagi, Dua Rumah Terbakar dan Tentara Terluka

Pertikaian ini berawal dari 10 anak berusia belasan tahun yang mengejek warga Batu Merah Kampung.


Komando Militer Pattimura Tambah Satu Batalyon

30 Desember 2009

Komando Militer Pattimura Tambah Satu Batalyon

Selama ini wilayah yang harus diamankan Kodam terlalu luas bila dibandingkan dengan personil yang ada.


Masalah RMS dan Perkelahian Antarkomunitas Masih Rawan

29 Februari 2008

Masalah RMS dan Perkelahian Antarkomunitas Masih Rawan

Pangdam XVI Pattimura Mayor Jenderal Rasyid Qurnuen Aquary mengatakan tantangan tugas Kodam Pattimura di tahun 2008 lebih berat dibandingkan tahun sebelumnya.


Kalla Orasi di Depan Para Raja Maluku

29 Oktober 2007

Kalla Orasi di Depan Para Raja Maluku

Wakil Presiden Jusuf Kalla melakukan orasi di hadapan 500 raja dari delapan kabupaten/kota di Maluku, para pejabat dan Muspida Maluku dan 13 sultan dari 13 kesultanan di Indonesia pada acara Musyawarah Besar Latupati di Ambon Senin (29/10).