Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tiap Kilometer Ladia Galaska Rugikan Negara Rp. 74 Milyar

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Banda Aceh: Kasus gugatan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) terhadap Pemerintah Daerah (Pemda) Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan sejumlah tergugat lainnya dalam pembangunan Jalan Ladia Galaska kembali disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Banda Aceh, Senin (8/3). Kali ini, sidang menghadirkan Jamal Gawi, peneliti dari Canadian International Development Agency. Dalam kesaksiannya, Jamal Gawi mengatakan, pembangunan Jalan Ladia Galaska yang sebagian diantaranya menembus Taman Nasional Gunung Leuser dapat menimbulkan kerugian mencapai puluhan triliun rupiah. "Bila masih dengan ruas jalan saat ini, lebih baik proyek jangan diteruskan," kata Jamal yang juga mantan konsultan Uni Eropa untuk program konservasi Taman Nasional Gunung Leuser. Menurut Jamal, hasil penelitian di banyak tempat menyebutkan, pembangunan jalan di kawasan hutan lindung pasti akan merusak hutan. Sementara hasil penelitiannya, per kilometer pembangunan Jalan Ladia Galaska akan menyebabkan kerugian hingga 74 milyar rupiah. "Angka itu dihitung dari nilai ekonomis kayu, nilai ekologi dan biodiversity," kataJamal yang pernah lima tahun keluar masuk Leuser itu. Setiap kilometer jalan, berpotensi merusak 400 - 2400 hektar hutan. Dari sisi nilai ekologi, kerugian yang ditimbulkan mencapai empat kali lipat dari nilai komersial kayu. Sementara, nilai biodiversity yang hilang seharga dua kali lipat nilai komersial kayu. Selain itu, kata Jamal, sebagian ruas jalan Ladia Galaska berada pada daerah rawan longsor dengan tingkat kecuraman sampai 60 persen, seperti jalur Jeuram-Beutong Aceh dengan karakteristik lahan yang disebut Bukit Pandan. Land system ruas jalan sama dengan tempat terjadinya tanah longsor di hulu sungai Bahorok yang menewaskan 150 orang. "Komposisi kawasan ini rapuh, curah hujan 2100 - 5100 mm p/tahun," katanya. Seperti diketahui, pada awal Desember 2003, badan jalan Jeuram-Beutong Ateuh yang merupakan bagian dari ruas Ladia Galaska Utama, longsor sepanjang 20 meter. Untuk itu, menurut Jamal, pemerintah seharusnya memikirkan jalur alternatif jika ingin menghubungkan pantai Barat dan Timur. Semasa menjadi konsultan Uni Eropa, timnya pernah mengajukan dua jalur alternatif yang tidak terlalu berbahaya terhadap kerusakan lingkungan Taman Nasional Gunung Leuser. Pertama, membuka jalur Meulaboh-Geumpang-Tutut-Pameuh-Takengon-Simpang Tiga Radelon-Krueng Geukeuh sepanjang sekitar 271 kilometer. Kedua, ruas Meulaboh-Geumpang-Tutut-Pameuh-Takengon-Simpang TigaRadelon-Alue Le Mudek-Peureulak sejauh kira-kira 372 kilometer. Dibandingkan jalur yang saat ini dikerjakan pemerintah, kedua ruas jalan alternatif itu lebih banyak melewati pemukiman penduduk. "Memang, kedua alternatif jalur itu masih melintasi hutan lindung. Tapi, resikonya lebih rendah, karena hanya melintasi hutan lindung sepanjang 75 kilometer. Selain itu, tidak akan memotong kawasan konservasi dan tak melewati daerah yang kemiringannya di atas 45 derajat," kata Jamal. Artinya, kata Jamal, secara prinsip pembangunan jalan tidak salah. Dengan syarat, harus dipikirkan alternatif agar kelestarian lingkungan tidak rusak. Hutan Leuser sendiri dikukuhkan menjadi Kawasan Ekosistem Leuser melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 227/Kpts-II/1995 yang dikuatkan Keputusan Presiden nomor 33/1998. "Seharusnya presiden mencari alternatif agar Ladia Galaska tidak merusak lingkungan sekaligus dapat menghubungkan jalur lintas Barat dan Timur Aceh dan mengkaji ulang ruas-ruas jalan yang masih bermasalah," kata Jamal. Pada sidang lanjutan yang dipimpin ketua Majelis Hakim Saparuddin Nasution, Walhi Aceh memutar rekaman video saat tiga menteri: Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Lingkungan Hidup serta Kehutanan, meninjau Ladia Galaska di awal November 2003. Rekaman juga itu menyajikan pemandangan ruas jalan yang sangat curam dan beberapa titik hutan yang telah dirambah. Rencananya, sidang akan dilanjutkan pekan depan untuk mendengar keterangan saksi ahli lainnya. Yuswardi A. Suud - Tempo News Room
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Aktivis Kuatkan Alasan Petambak Jadi Tersangka Perusak Lingkungan di Karimunjawa

7 hari lalu

Foto udara tambak udang vaname intensif di sekitar area hutan mangrove tepi pantai Desa Kemujan, Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, Senin, 18 September 2023. Menurut data yang dihimpun komunitas pegiat lingkungan Lingkar Juang Karimunjawa sebanyak 33 titik tambak udang intensif tak berizin di wilayah Karimunjawa telah merusak ekosistem lingkungan hidup, mengganggu sektor ekonomi masyarakat nelayan, petani rumput laut serta pariwisata akibat pencemaran sisa limbah dan deforestasi. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Aktivis Kuatkan Alasan Petambak Jadi Tersangka Perusak Lingkungan di Karimunjawa

Persidangan kasus kriminalisasi warga Karimunjawa ungkap bukti-bukti pencemaran lingkungan akibat aktivitas tambak udang.


Taman Nasional Karimunjawa Rusak karena Limbah Tambak Udang, KLHK Tetapkan Empat Tersangka

8 hari lalu

Sejumlah masyarakat dan nelayan yang tergabung dalam komunitas pegiat lingkungan Lingkar Juang Karimunjawa bersama aktivis lingkungan Greenpeace Indonesia dan lintas komunitas pecinta alam menggunakan kayak sambil membentangkan spanduk saat aksi SaveKarimunjawa di tepi pantai yang tercemar limbah tambak udang di Desa Kemujan, kepulauan wisata bahari Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah, Selasa, 19 September 2023. Dalam aksi tersebut mereka menuntut penutupan tambak udang vaname intensif sebanyak 39 titik tak berizin karena merusak ekosistem lingkungan hidup, mengganggu sektor ekonomi masyarakat nelayan, petani rumput laut serta pariwisata akibat pencemaran sisa limbah dan deforestasi hutan mangrove yang juga dinilai akan memperparah krisis iklim. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Taman Nasional Karimunjawa Rusak karena Limbah Tambak Udang, KLHK Tetapkan Empat Tersangka

KLHK menetapkan empat orang tersangka perusakan lingkungan Taman Nasional Karimunjawa pada Rabu, 20 Maret 2024.


Kilas Balik Hari Daur Ulang Sedunia

10 hari lalu

Pengrajin membuat kerajinan daur ulang sampah di Bank Sampah Persatuan, Pondok Kelpa, Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat, 26 Januari 2024. Bank Sampah yang di dirikan pada 2019 ini memperkerjakan sejumlah ibu-ibu rumah tangga untuk membuat kerajinan dari olahan sampah plastik yang dijadikan menjadi tas, lampu hias hingga berbagai ornamen dan memiliki nilai jual mulai dari 30 ribu hingga 130 ribu per produknya. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Kilas Balik Hari Daur Ulang Sedunia

Hari Daur Ulang Sedunia ini juga meningkatkan kesadaran akan daur ulang sebagai sebuah ide dan konsep yang penting.


5 Kasus Kematian Gajah, Mayoritas Diracun

11 hari lalu

Tim dari BKSDA sedang memeriksa kematian seekor anak gajah di Desa Gampong Baroh Kecamatan Setia Bakti Kabupaten Aceh Jaya. Kredit: ANTARA/HO
5 Kasus Kematian Gajah, Mayoritas Diracun

Kasus gajah yang mati akibat diracun telah lama terjadi di Indonesia. Beberapa terjadi karena ingin mengambil gadingnya


7 Destinasi Liburan Musim Semi di Korea Selatan

19 hari lalu

Jinahe Cherry Blossom Festival. Youtube.com/Taste Seoul Goods
7 Destinasi Liburan Musim Semi di Korea Selatan

Merayakan musim semi di Korea melihat keindahan alam dari bunga Sakura, Desa Gwangyang, Taman Hutan, Seoraksan, Gyeongju, Festival Tulip, Pulau Nami.


Terkini Bisnis: Walhi Ingatkan Dampak Negatif Migrasi Penduduk ke IKN, Garuda Masuk InJourney Bulan Depan

21 hari lalu

PLTS IKN 50 MW berdiri di lahan seluas 80 hektare. Total panel surya yang digunakan dalam PLTS tersebut mencapai 21.600 panel surya. ANTARA/HO-PLN
Terkini Bisnis: Walhi Ingatkan Dampak Negatif Migrasi Penduduk ke IKN, Garuda Masuk InJourney Bulan Depan

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengingatkan potensi kerusakan lingkungan imbas migrasi penduduk ke Ibu Kota Nusantara (IKN).


Hijaukan Hutan Wisata, Kementerian LHK Tanam Pohon di Punti Kayu hingga TN Berbak Sembilang

22 hari lalu

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melakukan penghijauan di sejumlah hutan wisata di Sumsel. Selain tanam pohon di Taman Wisata Punti Kayu, sebelumnya dilakukan hal serupa di Taman Nasional Berbak dan Sembilang. TEMPO/Parliza Hendrawan
Hijaukan Hutan Wisata, Kementerian LHK Tanam Pohon di Punti Kayu hingga TN Berbak Sembilang

Sejumlah kawasan hutan wisata dan taman nasional yang ada di Sumatera Selatan dilakukan penghijauan.


7 Spot Wisata Menarik di Baluran, Ada Savana hingga Hutan

27 hari lalu

Predator Ajak (Cuon alpinus) berburu rusa timor (cervus timorensis) di savana Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Jumat 5 Juni 2020. Ditutupnya pariwisata di TN Baluran pada masa Pandemi COVID-19, berdampak pada perilaku satwa yang biasanya beraktivitas di dalam hutan saat ini mudah dijumpai di padang savana karena tidak adanya wisatawan. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
7 Spot Wisata Menarik di Baluran, Ada Savana hingga Hutan

Bagi Anda yang tertarik untuk liburan di daerah Jawa Timur, Taman Nasional Baluran bisa jadi pilihan. Ini spot wisata menarik di Baluran.


Sebulan Tutup, Taman Nasional Baluran di Jawa Timur Dibuka Kembali untuk Wisatawan

39 hari lalu

Rusa timor (cervus timorensis) beraktivitas di savana Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Jumat 5 Juni 2020. Ditutupnya pariwisata di TN Baluran pada masa Pandemi COVID-19, berdampak pada perilaku satwa yang biasanya beraktivitas di dalam hutan saat ini mudah dijumpai di padang savana karena tidak adanya wisatawan. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Sebulan Tutup, Taman Nasional Baluran di Jawa Timur Dibuka Kembali untuk Wisatawan

Penutupan Taman Nasional Baluran dilakukan untuk pemulihan kawasan sekaligus evaluasi kunjungan wisata.


Prabowo-Gibran Menang, Walhi: Perlu Oposisi Kuat Demi Kebijakan Pro-Lingkungan

41 hari lalu

Prabowo-Gibran Menang, Walhi: Perlu Oposisi Kuat Demi Kebijakan Pro-Lingkungan

Organisasi masyarakat sipil khawatir Prabowo-Gibran melanjutkan program Jokowi yang dinilai merusak lingkungan hidup.