Hingga Minggu siang tadi, para peternak masih sibuk mengevakuasi ikan-ikan yang mabuk. Sementara yang mati mengambang, langsung dimasukan ke dalam karung, lalu di buang ke lokasi tepian waduk yang jaraknya cukup jauh dari lokasi jaring terapung blok TPI.
Para petani ikan keramba di Waduk Jatiluhur saat ditemui terpisah, mengatakan, kemarau panjang yang telah menyusutkan air Waduk Jatiluhur secara drastis, telah mengubah amplitudo suhu air menjadi begitu besar antara siang hari dan malam. Akibatnya, pada siang hari air sangat kurang mengandung oksigen, zat yang dipetrlukan ikan untuk bernafas. Kecuali itu, kondisi dan warna air yang semula cukup bening, menjadi coklat kehitam-hitaman dan menimbulkan aroma bau.
Kondisi ini makin dipersulit dengn pertumbuhan plankton yang sangat cepat. Akibatnya, oksigen yang sudah berkurang ini diperebutkan antara ikan dengan plankton. Seorang peternak, Wicak Nugroho, mengaku dari 56 kolam keramba yang dimilikinya, yang ditanam ikan mas dengan rata-rata usia dua bulanan, 3 ton diantaranya mati. sudah nggak bisa dijual, terpaksa kami buang saja, katanya. Kalaupun dijual, ikan-ikan mabuk itu hanya laku Rp 3.500 per kilogram. Padahal, harga ikan sehat di tempat pelelangan ikan Waduk Jatiluhur cukup bagus yakni Rp.5.000 per kilogram.
Untuk meminimalisir kerugian yang diderita para petani ikan akibat terjadinya kasus arus balik tersebut, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta Yossy Sukmayasa meminta para petani ikan untuk mempercepat masa panen ikannya.
(nanang sutisna/TNR)