TEMPO Interaktif, Palu: Sulitnya pemasaran membuat setidaknya 70 persen dari 100 keluarga perajin yang tergabung dalam lingkungan Industri Kecil (LIK)Bumi Roviega, Palu, meninggalkan tempat. Sebelumnya, mereka adalah eks transmigran asal Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Sebagian besar dari mereka sebelumnya mengembangkan usaha kerajinan kulit, garmen dan makanan serta minuman. Menurut Darman, sesame penghuni LIK, alasan mereka terutama karena sulitnya modal, bahan baku, dan terutama pemasaran. Namun, Darman juga tidak menafikan, karena banyak juga dari mereka yang awalnya pemulung dan penarik becak,tidak kerasan karena pekerjaan baru jauh dari kebiasaan semula.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan KoperasiKota Palu, Amiruddin Atjo, membenarkan perginya para perajin. Namun ia menolaknya sebagai eksodus. Itu sudah sejak enam tahun terakhir, katanya. Amin juga menolak semua merupakan kesalahan instansinya, karena sampai kini pun para eks transmigran itu belum diserahkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sulteng ke Pemerintah Kota Palu. LIK Roviega merupakan proyek percontohan Depnakertrans. (darlis/TNR)