Korban yang tewas itu, Daeng Tugu, 47 tahun, terkena peluru nyasar yang dilepaskan aparat TNI dari kesatuan Artileri Pertahanan Udara Sedang (Arhanudse) 11/BS, ketika menonton pertikaian itu dari lantai tiga ruko di kawasan Jalan Yos Sudarso Ambon.
Satu korban lainnya, Rudi Tuakia, warga Pelauw. Daeng Tugu, terkena peluru nyasar ketika menonton pertikaian itu. Sedangkan Rudi tewas, karena ditikam beberapa kali. Ia tewas akibat kehabisan darah, setelah dilarikan ke RSU Al Fatah, sekitar pukul 08.05 WIT.
Baca Juga:
Kepada para wartawan, Kepala Polisi Daerah Maluku, Brigadir Jenderal Polisi Bambang Sutrisno, membenarkan peristiwa itu kepada wartawan dalam acara Bhakti Sosial KB Kesehatan Provinsi Maluku di Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah, Ahad siang (15/6). Tapi Kapolda Bambang belum dapat memastikan motif insiden berdarah itu. Kapolda berjanji akan melakukan penyelidikan terkait dengan peristiwa itu. Kami akan cari penyebab dan pelakunya untuk ditindak secara hukum, katanya.
Komandan Kodim 1504 Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease Letkol Inf. Yudi Zanibar, juga mengakui adanya korban tewas yang terkena peluru. Tapi ia belum dapat memastikan dari kesatuan mana yang melepaskan tembakan itu.
Bentrokan antara warga Pelauw dan Kailolo itu, merupakan kelanjutan dari permusuhan antara dua desa di Pulau Haruku itu. Pelauw dan Kailolo, dua desa bertetangga di Kecamatan Haruku, Maluku Tengah. Warga kedua desa Muslim itu, sudah sering bentrok, baik di Haruku maupun di Ambon. Korban di kedua pihak selama ini, juga saling berjatuhan.
Menurut sejumlah warga, insiden kemarin bermula dari aksi pemukulan terhadap satu warga Kailolo yang berprofesi sebagai tukang ojek, Warga Pelauw, memukul tukang ojek tersebut. Apa motif pemukulan itu belum diketahui. Tapi pemuda Kailolo ini lalu mengabari ke rekan-rekannya. Buntutnya, balas dendam.
Pemuda Kailolo, terlihat berkumpul di depan Foto Studio Nur di Jalan A.M. Sangaji menuju arah Pelabuhan Yos Sudarso Ambon. Dan warga Pelauw berkonsentrasi di sekitar Jalan Kemakmuran. Nahas bagi Rudi Tuakia, warga Pelauw yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon, itu saat melintas di Jalan A.M. Sangaji dengan becak, langsung dicegat. Ia sempat lari tapi tersenggol angkot lalu terjatuh. Saat itu, seseorang menghampiri dan melayangkan empat tusukan di bagian belakang dan satu tusukan di bagian lengan kiri korban.
Pertikaian pada pagi itu, berhasil diamankan aparat keamanan. Tapi sekitar pukul 15.30 wit, kembali terjadi bentrokan di Jalan Yos Sudarso di dekat Pusat Perbelanjaan Ambon Plaza. Dua warga Kailolo, Made Nur Tuanaya dan Bakir Marasabessy, dihantam dengan parang ketika mengatur penumpang naik ke angkot.
Terjadi aksi saling serang di kawasan itu. Warga Pelauw dalam jumlah ratusan terlihat keluar dari salah satu gedung berwarna putih di Jalan Yos Sudarso. Kepala mereka sudah terikat kain putih, ada yang membawa parang dan pentungan. Demikian pula dengan pemuda Kailola.
Lima anggota Arhanudse-11/BS yang saat kejadian berada di TKP mencoba melerai. Kelimanya melepaskan tembakan peringatan ke udara. Namun warga Pelauw yang terlihat sudah kemasukan (kesurupan) beraksi dengan mengiris-iris badan dan leher mereka dengan parang, tapi tidak luka.
Banyak warga yang menduga, konflik warga Kailolo Pelauw yang terjadi Ambon itu, akibat dendam lama antara kedua desa bertetangga di Pulau Haruku ini. Gubernur Maluku, Dr. Ir. M.S. Latuconsina saat itu, tidak berhasil menuntaskan pertikaian tersebut, sehingga bibit permusuhan masih ada. Sehingga sekecil apapun gesekan antara kedua warga desa itu, dapat menyulut pertikaian baru.
Hingga Minggu sore, situasi keamanan sudah terkendali. Namun ada warga Pelauw yang mengungsi ke Mapolres Ambon, karena khawatir menjadi korban salah sasaran, yang justeru membikin konflik semakin besar.
Aparat TNI bersenjata SS1, juga masih terlihat berjaga-jaga di beberapa sudut jalan, antara lain di Jalan Yos Sudarso, Jalan A.M. Sangaji, Jalan Kemakmuran, dan persimpangan Jalan A.Y. Patty.
Mochtar Touwe -- Tempo News Room