“Saya bertemu beliau, Kamis [13/12], dan Minggu [16/12] di Cendana, [masing-masing] cukup lama. Kira-kira satu jam,” ucap Moerdiono. Saat itu ia melihat kondisi Soeharto memburuk. Saat ditemuinya, mantan presiden asal Kemusu, Yogyakarta, itu tidak pernah mengeluhkan penyakit yang dideritanya. “Malah saya boleh bilang seperti sehat-sehat saja. Dari wajahnya kelihatan tenang,” cerita Moerdiono yang malam ini mengenakan kemeja putih bercelana hitam.
Menurut dia, Soeharto sebenarnya lebih banyak ingin mengungkapkan “unek-unek” pikirannya. Ini terlihat selama satu jam pertemuannya, Soeharto selalu memberikan bahasa isyarat dan tulisan di kertas. “Tetapi kalau komunikasi, beliau bisa menerima pernyataan saya,” papar Moerdiono yang kini menetap di Bandung.
Dia juga mengaku, dalam pertemuannya terdahulu tersebut, tidak pernah menyinggung soal yang terlalu pribadi keluarga Soeharto seperti soal tertangkapnya Tommy Soeharto oleh aparat kepolisian.
Moerdiono juga mengingatkan agar sakitnya Soeharto tidak dianggap sebagai rekayasa. Penyakit pneumonia atau radang paru-paru yang diderita Soeharto tidak datang mendadak. “Jangan dbilang mendadak, lebih baik tanya dokter,” pinta dia sambil berjalan memasuki RSPP.
Moerdiono sendiri datang menjenguk Soeharto ke RS Pusat Pertamina sekitar pukul 20.00 WIB. Dia diantarkan supirnya menggunakan mobil volvo B 2830 TB warna biru tua melalui pintu depan. (e. karel dewanto-tempo news room)