Sekitar 7.30 WIT warga muslim berbondong-bondong melaksanakan salat Idul Fitri di masjid-masjid dan di lapangan di Ambon. Tampak suka cita warga muslim menyambutnya.
Para beberapa petugas keamanan menjaga lapangan tempat salat Ied atau masjid. Ini berbeda dengan tahun lalu, ketika hampir tidak ada petugas keamanan di tempat salat Ied.
Sesudah salat Ied, warga muslim di kota Ambon saling mengunjungi keluarga, tetangga, maupun kerabat mereka. Tampak terlihat dengan mobil angkutan yang terlihat penuh. Di terminal ruko Batumerah, setiap kali ada angkutan, langsung diserbu penumpang.
Malam takbiran berjalan lebih ramai dari tahun silam. Ratusan kendaraan bermotor membawa arak-arakan takbir keliling di wilayah muslim Ambon. Mereka bergerak dari Waihaong, Batumerah, Galunggung, hingga Kebuncengkih. Jumlah kendaraan, warga yang ikut, atau yang menyaksikan, kira-kira empat kali lipat dibanding tahun silam.
Suara petasan juga mewarnai malam takbiran. Sepanjang jalan dipenuhi serpihan kertas petasan. Petasan juga membuat empat orang dirawat di RS Al Fatah.
Di Desa Waiyame, desa yang hingga kini warga muslim dan nasrani hidup dengan harmonis, suasana Idul Fitri juga disambut hangat. Warga Kristen mengunjungi warga muslim yang merayakannya.
Takbiran juga dilakukan hingga larut malam. “Takbiran di masjid Waiyame tadi malam hingga pukul 2.00 dini hari,” kata Sahenafy Hanafi, ketua Posko Umat Muslim Waiyame.
Sementara di kompleks Angkatan Laut Lanal Ambon, yang menjadi tempat pengungsian dua komunitas yang bertikai, juga berjalan seperti Waiyame. Walaupun demikian, isyu yang memprovokasi masyarakat untuk bentrok masih tetap ada sehingga tampak warga kedua komunitas saling menjaga keamanan di tiap kelurahan. (yusnita-tempo news room)