Dalam sesi wawancara itu, Abdurrahman Wahid mengatakan bahwa Paman Sam ikut berperan menjatuhkannya dari jabatan presiden. Amerika di bawah Presiden George W. Bush, kata Wahid, memang lain dengan Amerika di bawah Bill Clinton. Jika Partai Demokrat dan Clinton lebih mementingkan tegaknya nilai-nilai demokrasi, hak-hak asasi manusia dan militer yang tidak berperan dalam politik, maka di bawah Bush Amerika tampaknya lebih menghendaki Jakarta yang perekonomiannya lancar dan kepentingan ekonomi Amerika yang terjamin.
Harus diakui, selama menjabat sebagai presiden, Gus Dur tidak terlalu memprioritaskan masalah perekonomian. Karena itu, Amerika tidak keberatan kalau Gus Dur keluar dari Istana, dan Megawati tampil menggantikannya.
Tetapi benarkah Amerika begitu menentukan kejatuhan PresidenAbdurrahman? Tidak adakah faktor-faktor dalam negeri lainnya? Berikut petikan wawancara dengan Radio Belanda di atas sebagaimana aslinya.
Gus Dur, kita jumpa lagi di Baltimore kali ini, tidak sempat di Istana soalnya.
Ya, ya.
Keadaan sehat-sehat?
Baik-baik saja.
Jadi apa yang baru yang ditemukan oleh para dokter di Baltimore ini?
Ya, mereka mendapati bahwa apa yang disarankan dari dokter-dokter kita seminggu sebelum saya barangkat itu, mereka ribut (saya) harus ke sini. Kenapa? Karena keadaan saya ini naik-turun terus. Mereka takut kalau saya stroke kembali. Karena itu saya harus kemari. Saya kemari. Kata dokter, setelah diperiksa selengkapnya bahwa masalah naik turunnya itu hanyalah karena ada obat yang harus diganti. Jadi itu saja.
Tapi kekhawatiran stroke ketiga apakah riil itu?
Nggak ada. Memang ya tadinya. Mereka takut itu. Karena itu bisa saja menjadi stroke kalau tidak hati-hati.
Anda tampaknya masih fit, juga dalam arti mengikuti perkembangan politik di tanah air ya?
Oh ya
Kalau kita lihat ke belakang, pelajaran apa yang sebenarnya dapat Anda tarik?
Kalau pergantian saya sih, itu ya menunjukkan betapa rendahnya nilai para politisi kita, tokoh-tokoh partai-partai kita itu. Mereka kerja sama dengan kekuatan-kekuatan anti-demokrasi. Itulah yang tidak saya duga sama sekali.
Anda tidak menduga?
Nggak, memang nggak menduga, karena ya, orang serendah itu kan nggak mungkin toh.
Pada zamannya Soeharto, Gus Dur, kita sering ngobrol dan Salim Said misalnya mengatakan kalau ada dua politisi paling lihai di Indonesia itu adalah Soeharto dan Gus Dur, Anda. Bagaimana Anda menghadapi riil politik tanggal 22/23 Juli itu. Perhitungan Anda apa?
Yaitu tadi. Saya memperhitungkan bahwa kekuatan partai-partai tidak akan serendah itu. Jadi under-estimate (menganggap ringan, Red.) saya. Ya, itu akibatnya ya begini ini.
Partai-partai saja atau juga kalangan lain, kalangan tentara atau kalangan yang lain pula?
Ya, tentara itulah yang anti-demokrasi. Yang lain mungkin para pengusaha, sebagian daripada para pengusaha itu kan orang-orang yang mendapatkan, katakanlah, kemudahan-kemudahan dan pertolongan di zaman Soeharto, sehingga mereka bisa menjadi konglomerat.
Anda seolah-olah mengatakan ada elemen-elemen pengkhianat di tengah jalan?
Jelas dong ...
Jelas ya?
Jelas.
Indikasi dan identifikasinya bagaimana? Siapa?
Saya tidak akan berbicara mengenai siapa-siapa. Indikasi cukup kuat.
Momen-momennya? Pada tanggal-tanggal itu?
Ya, momen saja ada orang yang membuat supaya militer itu ikut dalam pemerintahan. Maka direkrut Bob Dole sebagai lobyist di Amerika. Dan bekas senator Bob Dole ini orang republiken yang, ya katakanlah punya pengaruh cukup besar pada George Bush.
Tapi dari sudut kepentingan Amerika, apakah menurut Anda, ada peran atau lobi dari pihak Amerika pada hari-hari menjelang Anda diminta turun?
Saya nggak tahu. Terus terang saja, bagi saya ya belum bisa melakukan rekonstruksi hal-hal kemarin yang terjadi. Hanya saja pada waktu itu ada laporan-laporan kepada saya bahwa ada enam buah kapal selam Amerika sedang berada di perairan Indonesia.
Tadi malam Paul Wolfowitz orang kedua di Departemen Pertahanan mengatakan kepada saya adalah jangan sampai berhadapan dengan Megawati Sukarnoputri selaku Presiden. Ya, saya bilang itu tergantung, kalau Megawati bertindak demokratis, ya tentu satu jalandengan saya. Tapi kalau berhadapan, yaitu melakukan hal-hal yang tidak demokratis, ya dengan sendirinya berbeda. Tapi saya berjanji tidak akan menyerang dia, menyebut nama.
Jadi Paul Wolfowitz sebenarnya mengkhawatirkan Anda atau partai Anda menjadi oposisi konfrontasi dengan Presiden Megawati?
Ya, mungkin juga.
Apa dasarnya kekhawatiran ini?
Ya itu tadi, supaya ada kelangsungan hidup daripada Megawati. Karena mereka melihat bahwa Megawati ini adalah orang yang mengadakan proses demokratisasi secara bertahap. *****