Pramudya membenarkan hal itu. Pertemuan itu hanya silaturrahmi biasa, karena ia dan Gus Dur adalah kawan lama. Pada kesempatan itu, ia dan Gus Dur membicarakan kondisi-kondisi aktual yang sudah atau tengah terjadi. Pramudya menceritakan, Gus Dur mengatakan kepadanya tentang kondisi negara sekarang yang penuh pertentangan. "Saya bilang tetaplah berani, kalau Gus Dur hilang keberanian, ia akan jatuh," kata Pramudya.
Ketika ditanya lebih lanjut apa yang dimaksud dengan keberanian tersebut, Pramudya dengan lantang mengatakan, "Modal hidup ini berani, kalau enggak punya keberanian, menurut saya jadi ternak saja. Berani dalam arti membetulkan kesalahan, ini masalah budaya, ini soal the what of man, nilai manusianya, " Pramudya menegaskan.
Pramudya menceritakan, Gus Dur juga menanyakan pendapatnya tentang orang-orang yang menentangnya. Ditanya begitu, Pramudya mengatakan, "Tetaplah berani. Yang menentang Gus Dur mungkin tidak atau kurang kebaikannya dibandingkan Gus Dur. Yang menentang Gus Dur belum tentu lebih baik." Pada kesempatan itu Pramudnya menyampaikan dukungannya kepada Gus Dur. Ia juga mengharapkan kepada semua pihak agar membantu sisi baik dari Gus Dur.
Ketika ditanya apakah pembicaraan tersebut menyinggung masalah Sidang Istimewa. Pramudya mengatakan, "Masalah SI itu adalah kekuasaan DPR. Kalau tidak salah tangkap, Gus Dur malah balik bertanya apakah itu benar-benar kekusaan DPR untuk memecat dan meminta pertanggung jawaban Presiden, kan ada konstitusi," jelasnya.
Pertemuan tersebut selesai pada pukul 12.55. Pada kesempatan itu, Pramudya memberikan dua buah buku hasil karyanya berjudul “Nyanyi Sunyi” (jilid I & II) kepada Gus Dur. Buku tersebut, kata Pramudya, pada tahun ini akan terbit dalam bahasa Portugal. (Dicki Subhan)