"Pertemua itu saya kira sangat bagus dan positif. Namun hendaknya juga melibatkan tokoh-tokoh lainnya yang mempunyai pengaruh,” ujar Shihab kepada Tempo usai sholat Jumat di Masjid Agung Demak. Ia menyarankan, jumlah peserta pertemuan tokoh penting itu sekitar enam atau tujuh orang. Salah satu tokoh yang penting dilibatkan itu misalnya Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Hamzah Haz. Melibatkan orang nomor satu di partai berlambang Ka'bah itu, lanjut Shihab, menjadi penting karena dia juga salah satu pimpinan partai besar dan tokoh yang punya pengaruh kuat di parlemen dan masyarakat.
Namun, Shihab tidak setuju jika tokoh yang dilibatkan dalam pertemuan itu adalah orang yang nyata-nyata merecoki pemerintah selama ini. "Yang biasa ngerecoki saya kira tidak perlu dilibatkan," kata Shihab tidak bersedia menyebutkan siapa orang-orang yang dimaksud suka ngerecoki pemerintah itu.
Dalam pertemuan tokoh-tokoh penting itu, kata dia, penting dicarikan agenda yang kira-kira nantinya disetujui oleh semua pihak yang menggelar pertemuan. Untuk itu, pihaknya benar-benar menilai penting untuk mengusahakan agar pertemuan itu bisa terlaksana.
"Di sana bisa dibicarakan banyak hal. Misalnya agenda penting soal penegakkan hukum, pemulihan ketertiban dan kemanan, akselarasi pemulihan ekonomi dan agenda penting lainnya. Bagaimana caranya, itu kan program kerja yang perlu direalisasikan bersama," lanjut Alwi yang mengenakan peci hitam dan pakaian putih.
Dijelaskan, agenda lain yang layak dibicarakan dan tidak akalah pentingnya adalah upaya mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman disintegrasi bangsa. Pokok pembicaraan ini juga menjadi penting, kata dia, mengingat munculnya permintaan beberapa daerah untuk memisahkan diri dari NKRI.
Soal kemungkinan terjadinya reshuffle kabinet usai pertemuan tokoh penting itu, Shihab yang juga Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini, menolak berkomentar. "Kalau soal yang ini saya no coment saja," tukasnya.
Presiden Wahid sendiri dalam dialog dengan warga Demak usai shalat Jumat itu, tidak berbicara tentang politik dan pemerintahan. Presiden hanya berbicara tentang pertanian. (Ecep S. Yasa)