Selama ini, sambungnya, alasan Presiden menunda keberangkatannya karena parlemen meminta supaya ditunda, dan harus ada persiapan terlebih dahulu. “Sekarang kita sudah ada persiapan,” ujar Alwi. Ia juga menegaskan bahwa keberangkatan Presiden tidak perlu minta persetujuan DPR. Karena tidak ada undang-undangnya.
Dulu, sambung Alwi, DPR memang meminta kunjungan tersebut benar-benar berarti dan dipersiapkan secara mantap. “Kini sudah kita persiapkan, investor sudah ke mari dan berjanji akan menambah investasi hingga US$ 500 juta. Lalu ada kerjasama di bidang pertanian, perdagangan dan Information Technology (IT) ditingkatkan,” katanya.
Ditanya apakah ada jaminan bila Presiden ke Australia hubungan bilateral akan membaik, Alwi menjawab, “Insya Allah. Tapi tidak ada jaminan, karena hubungan itu seperti fluktuasi rupiah.”
Lebih jauh Alwi mengatakan, kali ini Kepala Negara akan menggunakan pesawat komersial. Itu tak lain karena budgetnya kecil, hanya Rp 35 miliar. Hal ini, tambahnya, akan memberikan dampak positif bahwa Presiden itu aspiratif, dalam pengertian budgetnya dikurangi dengan naik pesawat komersial. “Jarang lho kepala negara naik pesawat komersial,” tandas Alwi. (Siti Marwiyah)