Kepala Biro Bina Sosial (Binsos) Setda NTT, Stanis Tefa, di Kupang, Jumat (16/2), mengatakan bahwa kepergian ke-10 utusan pengungsi itu menggunakan KM Dosonsolo dari Pelabuhan Tenau, Selasa (13/2). Kepergian, kata dia, sebagai tindak lanjut dari pertemuan para pengungsi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT, Senin (12/2).
Untuk memperlancar perjalanan mereka, sesuai kebijakan Gubernur NTT Piet A. Tallo, ke-10 orang itu dibantu uang Rp 9 juta. “Kebijakan itu diatur oleh pemerintah pusat, sedangkan provinsi hanya melaksanakannya. Biar mereka pergi sendiri, sebab selama ini sepertinya pengungsi tidak percaya kepada pemerintah provinsi,” kata Stanis.
Selama di Jakarta, ke-10 utusan pengungsi itu akan mempertanyakan semakin menipisnya bantuan pemerintah kepada pengungsi ke Wakil Presiden dan Menkopolsoskam. Bantuan yang berkurang itu di antaranya adalah jatah beras yang semula ditetapkan 10 kilogram per jiwa diturunkan menjadi 6 kilogram. Sedangkan uang lauk pauk yang semula ditetapkan Rp 45 ribu diturunkan jadi Rp 15 ribu per jiwa per bulan.
Selaku koordinator utusan adalah Cornelis Ribeiro dari kamp pengungsian Tuapukan didampingi anggota Gustaf R Lapenangga, Joao F Soares, Daniel Araujo dan Domingos da Costa. Sedangkan dari kamp pengungsian Noelbaki dikoodinir oleh JK Mozinto dengan anggota Muhajir Ornai, Maximus Bere, Americo Fernandez dan Supeno. (Cyriakus Kiik)