Jose Soares, koordinator aksi ini, mengatakan, mereka terakhir kali menerima bantuan beras sebanyak 6 kilogram per orang pada 6 November 2000. Setelah itu, sampai Januari 2001, 2.788 pengungsi yang ada di kamp itu belum lagi menerima kucuran bantuan beras berikutnya.
Menanggapi tuntutan ini, Dan Palle langsung menghubungi Gubernur NTT Piet A. Tallo di ruang kerjanya. Tallo kemudian mengutus Kepala Biro Bina Sosial Stanis Tefa untuk bertemu langsung dengan para pengungsi. Kepada para pengungsi, Tefa mengatakan bahwa Gubernur Tallo akan menyalurkan bantuan satu ton beras ke kamp pengungsi Noelbaki. Bantuan ini telah tersedia dan bisa langsung dibawa.
Menurut data yang dihimpun TEMPO Interaktif, bantuan beras dan uang lauk-pauk bagi para pengungsi sebenarnya telah tersedia. Untuk bulan Januari, pemerintah telah mengalokasikan 1500 ton beras. Namun, pendistribusian bantuan itu untuk sementara ini dihentikan akibat meningkatnya jumlah pengungsi.
Meski sejumlah besar pengungsi telah kembali ke Tim-Tim, data pengungsi di Kabupaten Kupang, TTS, TTU dan Belu menunjukkan peningkatan. Pemerintah khawatir, bantuan yang tersedia tidak mencukupi dan dapat menimbulkan gejolak baru di kalangan pengungsi. Namun, tersirat dugaan bahwa para pengungsi telah manipulasi jumlah pengungsi. (Ronald Amapiran)