TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj menilai wajar isu komunisme selalu muncul pada September setiap tahun. Menurut dia, kemunculan isu komunisme tak terlepas dari situasi politik menjelang pemilihan umum.
"Setiap tahun, isu PKI (Partai Komunis Indonesia) pasti ramai. Misal, Presiden Jokowi dituduh PKI. Tapi tahun ini ramai karena menjelang tahun politik 2019. Ada hubungan, dong, pasti," kata Said Aqil di kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Jumat, 22 September 2017.
Baca: Isu Komunisme Masih Dianggap Instrumen Politik yang Efektif
Namun Said tak ambil pusing meskipun isu komunisme dijadikan komoditas politik. "Kalau bangsa sudah dewasa, enggak akan mempan," ujarnya. Menurut dia, yang terpenting adalah mengambil hikmah dari sejarah kelam 1965 tersebut.
Isu PKI memanas lagi setelah massa memprotes diadakannya Seminar Sejarah 1965 di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Sabtu, 16 September 2017. Mereka menuding acara seminar tersebut menandai kebangkitan PKI.
Simak: Tiga Tokoh di Balik Penghentian Pemutaran Film G-30-S/PKI
Namun tudingan itu dibantah panitia penyelenggara Forum 65 dan YLBHI. Mereka berpendapat seminar adalah forum ilmiah untuk mendapatkan perspektif lain dan mengungkapkan kebenaran sejarah 1965. Meski demikian, akhirnya seminar tersebut tetap dibubarkan.
Said Aqil menilai sejarah 1965 yang melibatkan PKI adalah tragedi yang menyedihkan. "Tidak usah mencari kambing hitam. Memang ada yang salah dan benar, ada juga yang menjadi korban. Lupakan saja, tapi bukan berarti melupakan seutuhnya. Kita ambil hikmahnya dari sejarah itu," ujarnya.
ARKHELAUS W.