Setelah proklamasi, awal September, aktivis Menteng 31 membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). Wikana terpilih menjadi ketua, sekretarisnya H.M. Hanafi. ”Bang Amat (D.N. Aidit) menjadi Ketua API Jakarta Raya,” ujar Murad, yang terdaftar sebagai anggota API dengan nomor 13.
API segera menjadi momok bagi Jepang, lalu Sekutu yang datang kemudian. Di bidang keorganisasian mereka membentuk Barisan Rakyat yang mengorganisasi pada petani. Sidik Kertapati mencatat aktivitas Aidit sewaktu di lapangan Ikada—sekarang Monas—pada 19 September 1945. Ketika itu API bersama barisan buruh dan tani memprakarsai sebuah rapat raksasa untuk menunjukkan dukungan rakyat kepada para pimpinan negara. Tapi, hingga waktu yang direncanakan, Bung Karno tak juga muncul.
Massa yang datang sejak pagi mulai marah. Tiba-tiba, di bawah todongan moncong senapan tentara Jepang yang mengelilingi Ikada, Aidit bersama Suryo Sumanto naik podium. Mereka mengajak massa menyanyikan lagu perjuangan, antara lain Darah Rakyat, Padamu Negeri, dan Maju Tak Gentar. Massa pun tenang kembali hingga Bung Karno tiba.
BACA: EKSKLUSIF G30S: Sebelum Didor Aidit Minta Rokok
Rapat di lapangan Ikada membuat tentara Jepang naik darah. Mereka merazia Asrama Menteng 31. Para pemimpin API, termasuk Aidit, M.H. Loekman, Sidik Kertapati, dan A.M. Hanafi, mereka bawa ke penjara Jatinegara. Aidit dan teman-teman berhasil menyogok penjaga penjara dan kabur. Dan sejak itu aktivitas Menteng 31 berhenti.