Korban Arjuna ditemukan mengambang berjarak 10 meter dari lokasi serangan buaya, pada Sabtu 16 September 2017, pukul 00.45 Wita. Mayat korban terdapat luka di sekitar area wajah dan tangan kanannya.
Adapun Supriyanto mengalami luka sobek bekas gigitan di kaki kiri dan wajahnya. Kedua korban meninggal akibat lemas setelah diseret ke dalam sungai di Muara Jawa yang mencapai 5 meter dasarnya.
Mereka ini korban keganasan buaya muara yang kerap didapati di sekitar wilayah ini. Sungai di Kutai Kartanegara memang sudah terkenal dengan keberadaan buaya air payau yang acap kali menerkam ternak hingga manusia.
Saat ini, Polisi sudah memulangkan kedua mayat korban agar dikebumikan keluarganya masing-masing di Anggana dan Muara. Polisi juga membentangkan garis polisi agar warga menjauhi lokasi serangan buaya terhadap manusia di Muara Jawa.
“Masyarakat hingga kini masih memadati lokasi terjadinya serangan buaya. Kami batasi agar mereka tidak terlalu mendekat,” katanya.
Triyanto mengimbau warga agar hati-hati kala beraktivitas di sekitar area sungai Muara Jawa yang menjadi sarang buaya. Polisi juga tidak bisa memburu buaya di kawasan tersebut yang dianggap meresahkan warga.
“Kami hanya bisa mengimbau warga agar hati-hati di kawasan tersebut. Apalagi buaya juga termasuk satwa yang dilindungi sehingga tidak serta-merta diburu. Di situ juga sudah menjadi habitat alam buaya muara,” ujarnya.
Segenap warganet sempat digemparkan dengan video korban keganasan buaya di Sungai Muara Jawa Kutai Kartanegara. Sosok korban yang belakangan diketahui bernama Supriyadi sempat melakukan ritual aneh sebelum akhirnya diseret ke dalam sungai. Supriyadi sebelumnya mengaku sebagai pawang buaya. Ia menjadi korban kedua buaya muara di sungai tersebut.
SG WIBISONO