TEMPO.CO, Yogyakarta- Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Budi Irawanto menyebut sejumlah film propaganda rezim Orde Baru dan militer selain film Pengkhianatan G 30S PKI. Di antaranya Janur Kuning dan Serangan Fajar.
Budi mengkaji film dan militer dengan menulisnya dalam buku berjudul Film, Ideologi, dan Militer: Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia. Buku yang diterbitkan 1999 ini mengulas secara kritis tentang sinema yang diklaim sebagai film sejarah rezim Orba termasuk Pengkhianatan G 30S PKI. “Film-film itu menonjolkan kekuasaan Soeharto,” kata dia, Ahad, 17 September 2017.
Baca juga: TNI AD Akan Gelar Nonton Bareng Film G 30 S PKI, Ini Kata Aktivis
Menurut Budi, film sangat efektif sebagai media membangun citra kekuasaan. Dia menyebut Film Janur Kuning dan Serangan Fajar yang wajib ditonton oleh siswa siswi sekolah dasar. Ia punya pengalaman menonton film-film itu. Instruksi menonton dilakukan lewat sekolah.
Menonton Film Janur Kuning dan Serangan Fajar, menurut Budi, tidak gratis. Siswa siswi tetap harus membeli tiket. Film-film itu menunjukkan heroisme militer. Kemerdekaan Indonesia diraih lewat perjuangan bersenjata dengan sosok penjajah yang kejam. “Penggambaran karakternya hitam putih. Itu yang kemudian saya gugat secara kritis dalam buku itu,” kata dia.
Film Janur Kuning menggambarkan Soeharto sebagai pahlawan di balik Serangan Umum 1 Maret 1949. Sedangkan, Serangan Fajar menunjukkan penguasa Rezim Orba itu sebagai pahlawan utama Revolusi Indonesia.
Setelah Soeharto jatuh pada Reformasi 1998, Menteri Penerangan Yunus Yosfiah menyatakan dua film itu dan Pengkhianatan G 30S PKI tidak diputar lagi karena isinya memanipulasi sejarah dan mengkultuskan Soeharto.
TNI AD menginstruksikan kepada seluruh jajarannya di daerah untuk mengajak masyarakat menonton bersama film Pengkhianatan G 30S PKI. Kepala Pusat Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal Wuryanto membenarkan informasi tersebut, Jumat, 15 September 2017.
SHINTA MAHARANI