TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto, menjadi tersangka dugaan korupsi pengadaan proyek kartu tanda penduduk elektronik atau e-KTP. Hal ini membuat para politikus senior Golkar seperti mantan Presiden RI BJ. Habibie, Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan Ketua Umum Golkar Akbar Tanjung dan Aburizal Bakrie alias Ical, bereaksi.
Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar, Akbar Tanjung, mengatakan suatu hari Habibie pernah mengumpulkan dirinya bersama Jusuf Kalla, dan Ical membahas soal Setya Novanto.
Baca juga: Mantan Sekjen Kemendagri Akui Bertemu Setya Novanto Bahas e-KTP
"Beliau mengundang kami bertiga dan kami menyampaikan pendapat masing-masing," katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat, 15 September 2017.
Akbar menuturkan setelah mendengarkan pendapat masing-masing dari para tamunya itu, Habibie meresponnya dengan berencana mengundang Setya Novanto.
"Pada waktu itu beliau mengatakan 'ya nanti saya akan coba satu kesempatan mengundang Novanto'," ucapnya.
Kasus Setya Novanto, menurut Akbar, mempengaruhi elektabilitas partai. Pada pertemuan itu ia menyampaikan bahwa para tokoh senior itu harus melihat masalah ini secara serius dan memikirkan cara untuk memperbaikinya.
Namun dalam pertemuan itu tidak ada yang secara terbuka menyampaikan perlu adanya pergantian ketua umum. "Kalau eksplisit mengembalikan itu rasanya sih tidak ada," kata dia.
Elektabilitas Golkar, menurut Akbar, mengalami tren penurunan. Dari pemilihan umum 2004, 2009, dan 2014 perolehan kursi Golkar di parlemen selalu berkurang.
Simak juga: Kasus E-KTP, Kenapa Peran Setya Novanto Dianggap Penting?
Selain itu, berdasarkan survei salah satu media nasional, elektabilitas Golkar pada Mei lalu ada di angka 7 persen. Padahal perolehan suara Golkar di pemilu 2014 ada di angka 14,5 persen.
"Trennya terus turun, ini yang saya takutkan. Yang paling saya takutkan adalah penurunannya di bawah parliamentary threshold (4 persen)," ujarnya menjelaskan kasus yang menimpa Setya Novanto.
AHMAD FAIZ