TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja meresmikan Gedung Perpustakaan Nasional yang baru di Jalan Medan Merdeka Selatan pada Kamis 14 September 2017. Gedung setinggi 27 lantai itu terlihat megah di antara deretan gedung lainnya di jalan tersebut.
Jika melihat dari puncak Tugu Monumen Nasional ke arah selatan, Gedung Perpustakaan Nasional ini terlihat gagah menghadap ke arah utara. Presiden Jokowi menyebut perpustakaan nasional merupakan perpustakaan tertinggi di dunia.
"Perpustakaan Nasional ini dulunya hanya tiga lantai. Nggak ada yang mau datang ke sini, sekarang 27 lantai 'plus basement'. Jadi nggak kaget kalau gedung Perpustakaan Nasional ini tertinggi di dunia, untuk gedung peroustakaannya," kata Presiden saat meresmikan Gedung Perpustakaan Nasional di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Jokowi menyatakan kebanggaannya karena gedung ini sudah digagas oleh Presiden Soekarno sejak 65 tahun lalu."Ini dikerjakan dua tahun enam bulan dan selesai dengan kondisi yang sangat baik, Alhamdulillah meskipun saya belum masuk, saya lihat luarnya saja, saya berkomentar sangat baik," ujar Jokowi.
Lihat: Jokowi Resmikan Perpustakaan Nasional
Desain Gedung Perpustakaan Nasional terlihat sangat modern. Saat masuk di lobi kita sudah dihadapkan dengan rak penuh buku yang menjulang dengan ketinggian hampir 30 meter atau setara 4 lantai.
Hal sama terasa di lantai 21 hingga 24 yang merupakan ruangan utama untuk membaca dan meminjam buku. Berbagai furnitur warna warni berdesain minimalis tersebar di berbagai ruangan, melengkapi barisan belasan rak buku berwarna cokelat yang berjajar rapi.
Bahkan, bagian tangga pun tak lepas dari sentuhan modern. Dengan pemikiran pengunjung perpustakaan terkadang suka membaca buku di tangga, maka ditaruhlah dudukan plus bantal setiap beberapa anak tangga.
Secara terpisah, Kepala Perpusnas Muh Syarif Bando menyampaikan pembaruan Perpusnas baru dari sisi koleksi dan fasilitas saja untuk konsumen yang lebih beragam dan banyak. Sebagai contoh, di lantai 7, disiapkan ruangan untuk penyandangan disabilitas di mana ada buku-buku untuk tuna netra.
Contoh lain, adalah memperluas tempat pendaftaraan keanggotaan Perpusnas. Apabila di Perpusnas sebelumnya hanya satu counter, maka Perpusnas baru ini menyediakan 4 counter untuk pencetakan kartu dan 20an komputer untuk mempercepat proses registrasi.
"Kami ditugaskan untuk membantu, merawat, dan mengelola. Kami adalah pelayan masyarakat yang jika masyarakat tak datang, kami menganggur," ujar Syarif yang mengklaim Perpustakaan Nasional gedung baru ini bisa menampung 24 ribu pembaca.
ISTMAN MP|ANTARA|JULI