TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Tito Karnavian mengatakan jangan bermimpi terorisme dan radikalisme Islam di Indonesia akan berakhir. Pasalnya radikalisme di Indonesia saat ini adalah dampak dari konflik yang terjadi di kawasan Timur Tengah.
Ia menjelaskan, sepanjang konflik seperti Suriah, Irak, dan negara lainnya berlangsung, maka gerakan jihadis akan terus ada. Hal ini terbangun lantaran dalam Islam dikenal konsep 'ummah' atau persaudaraan. "All muslim are brother, solidaritas ini yang akan memicu orang datang (jihad) ke sana," kata Tito dalam pidatonya saat acara Diklat Komunikator Politik Partai Golkar di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu, 9 September 2017.
Baca juga: Cegah Teror Bom, Tito Karnavian: Perlu Didata Organisasi Teroris
Tito menuturkan, keadaan ini sudah dijelaskan dalam kajian guru besar ilmu politik Universitas Harvard, Samuel Phillips Huntington. Dalam tulisannya berjudul The Clash of Civilizations, Huntington menuturkan dunia akan menghadapi konflik peradaban, terutama antara peradaban Islam dan Asia Timur yang berhadapan dengan peradaban Barat.
Peradaban Barat akan ditantang oleh peradaban Islam dan Asia Timur. Sebabnya, sebagai langkah pencegahan Barat sengaja membuat konflik di dunia Islam untuk menjadikannya lemah.
Sebabnya, kata Tito, konflik-konflik yang terjadi di dunia Islam harus diwaspadai. Pemerintah yang negaranya mengalami konflik seperti Filipina dan Myanmar harus mampu melokalisasinya dan jangan sampai membuatnya meluas.
Tito berujar, kasus Rohingya di Myanmar adalah masalah etnik yang kebetulan melekat dengan Islam. Bila pemerintah Myanmar salah bersikap, misalnya menggunakan operasi militer yang menyerang siapa pun termasuk warga sipil, justru membuat masalah makin pelik.
"Malah men-trigger lebih luas, nanti semua jihadis dari seluruh regional bisa datang ke sana seperti di Suriah," tutur Tito Karnavian.
AHMAD FAIZ