TEMPO.CO, Pekalongan - Wali Kota Pekalongan Achmad Alf Arslan Djunaid atau akrab disapa Alex wafat di usia 47 tahun pada Kamis lalu, 7 September 2017. Dia baru memimpin pemerintahan Kota Batik selama 1,5 tahun, belum ada setengah periode, tapi meninggalkan konsep Brayan Urip (bersama-sama saling membantu untuk hidup).
Tempo sempat wawancara eksklusif dengan Alex pada Maret 2016, ketika dia baru menjabat tiga pekan menjabat sebagai Wali Kota Pekalongan. Saat itu Alex sedang sibuk-sibuknya turun ke lapangan, menemui warga dari kampung ke kampung. Dia mengaku belajar banyak saat menjabat sebagai wakil wali kota pada periode sebelumnya.
Baca juga: Wali Kota Pekalongan Achmad Alf Arslan Djunaid di Mata Sahabat
Saat Pilkada 2015 lalu, dia berkampanye melakukan 16 program kerja jika terpilih. Di antaranya dia berjanji memberikan bantuan bagi usaha mikro, meningkatkan teknologi informasi, menata struktur birokrasi yang lebih efektif, dan program strategis lainnya.
Untuk mewujudkan itu semua, dia menerapkan konsep Brayan Urip dengan tiga nilai pokok yakni keadilan, kebersamaan, dan proporsional. Salah satu programnya adalah Alex Mendengar, yaitu berkumpul dengan warga setiap Jumat dua pekan sekali.
Warga dikumpulkan untuk membahas berbagai persoalan di tengah masyarakat. Program itu diklaim efektif untuk menyerap aspirasi dari masyarakat. “Ini baru pertama kali diterapkan di Indonesia,” kata Alex kepada Tempo, Jumat 11 Maret 2016.
Menurut Wali Kota Pekalongan yang pernah menjadi wakil wali kota tersebut, dengan konsep Brayan Urip ini semua warga bisa berpartisipasi aktif menyampaikan persoalan sehari-hari kepada pemerintah secara langsung. "Dari situ kita bisa menginventarisir persoalan di lapangan," ungkap dia.
MUHAMMAD IRSYAM FAIZ