TEMPO.CO, BANDUNG -Universitas Indonesia mengajak PT Dirgantara Indonesia
dalam pengembangan penguatan industri pertahanan. “Ada keunggulan di PT DI dan ada keunggulan di UI, kalau bekerja bersama akan saling mengautkan,” kata Rektor Universitas Indonesia Muhammad Anis di sela penandatangan kerjasama keduanya di Bandung, Selasa, 5 September 2017.
Anis mengatakan, kampusnya misalnya belum lama mengembangkan Kapal Makara-05 dan Makara-06, yakni masing-masing drone untuk permukaan dan bawah laut. “Mungkin ini bisa di share di PT DI. Kolaborasi ini tentu bisa menjadi sarana untuk kita kembangkan,” kata dia.
BACA: Dirut PT Dirgantara Indonesia Diganti -
Menurut Anis, kerjasama antara industri dengan perguruan tinggi dibutuhkan agar selalu bisa mengikuti perkembangan teknologi yang bergerak cepat. “Kalau tidak punya kesempatan melihat perkembangan teknologi ini, tentu kami bisa ketinggalan. Diharapkan dengan kerjasama ini akan bisa saling melengkapi,” kata dia.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro mengatakan, kerjasama dengan UI sudah dijalin sebelumnya, salah satunya dalam proyek pengembangan pesawat perintis N219. “Sudah ada kerjasam di bidang non-ekonomi, di N219 untuk kokpit disain. Dari situ UI ingin berkunjung dan meliaht hasil yang sudah ada dan mengembangkan lagi apa yang bisa dikerjasamakan ke depan, bukan hanya sekedar teknis, tapi juga mengembangkan SDM dan komunikasi,” kata dia di Bandung, Selasa, 5 September 2017.
BACA: Terbangkan N219, Begini Reaksi Kapten Pilot Esther ...
Sementara, Direktur Teknologi Dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia Gita Amperiawan mengatakan, program pengembangan pesawat tempur KFX antara PT Dirgantara Indonesia dengan Korea Selatan, salah satu project yang bisa menyertakan perguruan tinggi. “Peluangnya sangat banyak bagi perguruan tinggi untuk program KFX,” kata dia, Selasa, 5 September 2017.
Gita mengatakan, program KFX dikukuhkan dalam Peraturan Presiden itu salah satunya melibatkan Kementerian Pendidikan Tinggi Riset Dan Teknologi. “Program KFX itu dengan adanya Perpres tersebut harus kerja bareng para stakeholder. Ini belum maksimal,” kata dia.
Dia mencontohkan, sejumlah piranti yang dibutuhkan untuk pengembangan pesawat tempur dalam program KFX misalnya masih banyak yang harus dikembangkan mandiri. “Keterlibatan perguruan tinggi kaitannay menyiapkan teknologi dengan readiness level di bawah 5. Ini yang banyak kita titipkan ke perguruan tinggi. Ini yang harus ktia dorong,” kata Gita.
AHMAD FIKRI