TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Klaten Sugiyanto membantah kelompok Laskar Islam Klaten sebagai salah satu organisasi yang turut dalam demo bela Rohingya dengan mengepung Candi Borobudur pada Jumat, 8 September mendatang.
"Laskar Islam Klaten itu hanya sebutan. Kebetulan, ada sejumlah ormas (organisasi kemasyarakatan) di Klaten yang beberapa kali bertemu dalam kegiatan yang sama, dan akhirnya disebutlah Laskar Islam Klaten. Terus saya yang dituakan. Jadi secara resmi tidak ada, juga tidak tercatat di Kesbangpolinmas," katanya kepada Tempo, Senin, 4 September 2017.
Dalam pesan berantai yang diperoleh Tempo di salah satu grup WhatsApp, disebutkan ada 107 organisasi dan laskar yang hendak mengepung kompleks Candi Borobudur dalam aksi solidaritas untuk etnis Rohingya. Laskar Islam Klaten, perkumpulan sejumlah ormas Islam di Klaten, dicantumkan dalam urutan ke-63.
Sugiyanto mengatakan, pada Ahad lalu, memang ada pertemuan beberapa perwakilan ormas di Klaten yang membahas isu Rohingya. Namun pertemuan tersebut tidak membuahkan keputusan tentang langkah yang akan mereka tempuh. "Yang datang cuma beberapa orang," ujarnya.
Kendati demikian, Sugiyanto berujar warga Muhammadiyah tetap sejalan dengan imbauan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak. "Kami ambil langkah strategis, seperti jalur diplomasi di tingkat pusat," ucapnya.
Sebelumnya, Dahnil Anzar Simanjuntak meminta semua kader Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) Pemuda Muhammadiyah di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta tidak menggelar aksi solidaritas untuk Rohingya di Candi Borobudur.
Baca juga: Jihad ke Rohingya, FPI Perkirakan Biayanya Rp 20-30 Juta per Orang
Imbauan tersebut untuk memastikan langkah lembaganya bermanfaat bagi Islam dan Indonesia. "Saya memandang aliansi yang menginisiasi demonstrasi di sekitar Candi Borobudur yang mencatut nama Kokam Pemuda Muhammadiyah sangat tidak strategis," tutur Dahnil.
Sugiyanto menambahkan, hingga kini juga belum ada instruksi dari Muhammadiyah Pusat untuk menggalang doa bersama atau menghimpun dana sukarela bagi Rohingya. "Kalau doa, secara pribadi tak usah diminta. Semua Islam mendoakan keselamatan warga Rohingya. Mereka juga menyumbang dana sukarela secara pribadi," katanya.
Ketua Front Pembela Islam (FPI Klaten, Suyadi al Abu Fatih, juga belum bersedia berkomentar banyak ihwal rencana Aksi Bela Rohingya di Candi Borobudur. "Insya Allah besok saya beri kabar yang lebih pasti," ujarnya. FPI merupakan salah satu ormas dalam wadah yang disebut Laskar Islam Klaten.
DINDA LEO LISTY