TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Idrus Marham dituding tak punya adab politik terkait pemecatan kader Golkar Ahmad Doli Kurnia. Apalagi, pemecatan itu disampaikan dalam peluncuran buku Idrus Marham berjudul 'Keutamaan Jokowi'.
"Pemecatan Ahmad Doli Kurnia menunjukkan Idrus seperti politisi yang tidak punya adab politik," kata kader Golkar Sirajuddin Wahab, Minggu, 3 September 2017.
Baca juga: Idrus Marham Klaim Golkar Solid Setelah Memecat Ahmad Doli Kurnia
Doli dan Sirajuddin adalah rekan sesama kader Golkar yang menamakan diri Generasi Muda Partai Golkar. GMPG selama ini menuntut pergantian Setya Novanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar karena menjadi tersangka kasus dugaan korupsi e-KTP.
Sirajuddin mengatakan Idrus menyampaikan pemecatan sesaat setelah peluncuran buku 'Keutamaan Jokowi' di Gedung DPR, Jakarta, pada Rabu, 30 Agustus 2017. Dia mengingatkan peristiwa di 2014 saat Idrus memecat Agung Laksono dan pengurus Golkar lainnya yang sebagian besar pimpinan Kosgoro 1957. Saat itu, Agung mendukung Jokowi-JK sebagai pasangan Capres-Cawapres.
Baca juga: Yorrys Raweyai Curhat Soal Golkar dan Sanksi untuk Doli Kurnia
"Nah, sekarang dia memecat Doli dalam suasana memuja-muji Jokowi setinggi langit, dimana dalam Pilpres lalu dia menjelek-jelekkan Jokowi dan malah memecat pendukungnya," kata Sirajuddin.
Dia menuding puja-puji Idrus pada Jokowi karena ambisi besar untuk diangkat jadi menteri dalam isu reshuffle kabinet akhir-akhir ini. "Padahal dulu dia juga pernah mengatakan ke publik, bahwa dia hanya akan mau jadi menteri bila presidennya adalah Aburizal Bakrie," kata Sirajuddin.
Baca juga: Doli Kurnia Dipecat, Agung Laksono Minta Golkar Tetap Kompak
Pujian Idrus pada Jokowi juga dianggap aneh dan kontraproduktif. Sebab, jika bicara 'Keutamaan Jokowi', maka salah satunya adalah sikap Jokowi untuk tegas dan kuat dalam memberantas korupsi. Di sisi lain, kata Sirajuddin, Idrus saat ini menjadi orang yang sangat terdepan membela Setya Novanto yang sudah jadi tersangka korupsi megaskandal korupsi e-KTP di Golkar.
"Jadi, sekali lagi tampak dengan jelas, ada ketidak konsistenan dan kemunafikan antara pikiran, ucapan, dan tindakannya," kata Sirajuddin. Menurutnya, Idrus menghalalkan segala cara untuk hanya memenangkan kepentingan pribadi. "Golkar rusak citranya, merosot elektabilitasnya, dan dianggap bunker koruptor, Idrus tidak perduli dan merasa nyaman-nyaman saja," kata Sirajuddin.
AMIRULLAH SUHADA