TEMPO.CO, Jakarta - Kamera pengawas pemantauan kawah Gunung Merapi sempat terganggu oleh ulah pendaki. Pendaki itu bahkan menutupi lensa kamera, Kamis, 31 Agustus 2017. Ulah para pendaki tersebut diunggah lewat akun Twitter Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi @BPPTKG.
"JANGAN DITIRU!Oknum pendaki naik di tower stasiun multiparameter di puncak Merapi kemudian menutupi cctv kawah, mengganggu alat pantau," cuit akun tersebut pada 31 Agustus 2017.
Padahal jika kamera itu terganggu, data-data di pusat monitoring di kantor BPPTKG bisa berubah."Iya, itu terjadi karena ada pendaki yang mendekati cctv yang kami letakkan untuk pengawasan kawah," kata Kepala Seksi Merapi, BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santoso, Jumat, 1 September 2017.
Jika kamera pemantau itu terganggu lama, maka bisa jadi pihak pemantau kecolongan jika ada aktivitas yang mengarah ke erupsi. Data-data yang diolah pun berubah.
Baca juga: Jalur Pendakian Baru Merapi Lewat Klaten Dibuka Mei 2017
Menurut Agus, para pendaki Merapi hanya dibolehkan sampai di pos Pasar Bubrah saja. Kondisi bebatuan di sekitar kawah sangat labil. Selain itu, Merapi kadang masih mememunculkan letusan freatik. Jika terjadi hujan deras di puncak, sering terjadi letusan freatik berupa banyak uap air panas disertai gas. "Itu kan untuk keselamatan bagi para pendaki juga," kata Agus.
Kejadian serupa juga pernah terjadi pada 2015. Seorang pendaki dengan ketidaktahuannya sengaja memasang bendera toko alat pendakian milik pendaki itu. Para relawan Merapi tidak terima dengan perbuatannya itu. Para relawan mendatangi tokonya dan membawa pendaki itu ke kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi untuk diberi peringatan dan dilarang mendaki dalam rentang waktu tertentu.
Status Gunung Merapi saat ini aktif normal. Soal CCTV yang sempat terganggu itu sudah normal pula. "Kami sudah mengimbau pendaki hanya sampai pos Pasar Bubrah, tidak boleh sampai puncak," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta I Gusti Made Agung Nandaka.
MUH SYAIFULLAH