TEMPO.CO, Mekkah - Pemerintah meningkatkan kewaspadaan menjelang puncak pelaksanaan ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina), Arab Saudi. Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Data, dan Informasi Kementerian Agama Mastuki mengatakan pemerintah telah meminta tim gabungan perlindungan jemaah, yang terdiri atas personel Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI, berjaga.
“Petugas kesehatan juga diturunkan untuk mengantisipasi jemaah haji (Indonesia) yang tersesat, hilang, salah arah, sakit, dan kelelahan,” kata Mastuki kepada Koran Tempo, Selasa, 29 Agustus 2017.
Baca: Air Zamzam Sudah Sampai Sebelum Jemaah Haji Pulang ke Tanah Air
Puncak ibadah haji pada 8-10 Zulhijah dimulai hari ini hingga Jumat nanti. Pada periode ini, jemaah pergi berwukuf ke Arafah dan melempar jumrah di Mina. Pengawasan perlu ditingkatkan lantaran kerap terjadi musibah pada masa-masa tersebut.
Pada 2015, tragedi Mina berulang setelah jutaan orang berdesakan di Terowongan Mina. Sedikitnya 769 orang tewas dan 934 orang lainnya terluka akibat peristiwa tersebut. Musibah dengan korban jiwa terbanyak terjadi pada 1990, yakni sekitar 1.426 anggota jemaah.
Mastuki, yang sedang berada di Tanah Suci, mengatakan kondisi fisik calon haji asal Indonesia bisa menurun karena tenda mereka di Mina Jadid berada sekitar 7 kilometer dari tempat melontar jumrah.
Simak juga: Daftar Haji Sekarang, Butuh 15 Tahun Berangkat ke Tanah Suci
Baca Juga:
Pemerintah, kata dia, memanfaatkan semua petugas dari daerah kerja Madinah dan bandara yang digabungkan dengan petugas dari Mekah untuk memperkuat pengawasan di Armina.
Logistik juga telah disediakan di sejumlah pos koordinator dengan bantuan tim gerak cepat. Meski demikian, Mastuki menilai, jumlah petugas yang tersedia jauh lebih sedikit dibanding kebutuhan ideal. “Saat ini satu petugas banding 60 anggota jemaah dengan sebaran wilayah yang terpisah, termasuk di Mekah. Ini membuat petugas tetap tidak bisa meng-cover semua kebutuhan jemaah haji,” katanya.
MITRA TARIGAN