Ketika Pelabuhan Tanjung Priok sedang padat, silakan pilih Patimban di Subang, Jawa Barat. Beginilah pilihan warga Meikarta yang bergerak di bidang industri manufaktur atau distribusi barang kelak.
Baca Juga:
Kelancaran arus barang memang sangat penting bagi kelangsungan bisnis di bidang manufaktur maupun distribusi barang. Apalagi Meikarta yang berada di ujung timur Bekasi berada di antara Subang dan Jakarta sehingga benar-benar diuntungkan oleh keberadaan Patimban yang dirancang sebagai deep port dan menjadi pelabuhan partner dari Tanjung Priok,.
Warga Meikarta yang menggantungkan nafkah pada industri manufaktur dan jasa distribusi barang akan lebih tenang. Harapan bahwa perekonomian mereka akan cepat berkembang pun kian nyata seiring dengan kemajuan pembangunan pelabuhan Patimban. Dengan alasan memiliki nilai strategis sangat tinggi, gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan bupati Subang Imas Aryumningsing berharap pelabuhan Patimban bisa mulai beroperasi pad 2019.
Baca Juga:
Keberadaan Pelabuhan Patimban Subang dinilai bisa menekan ketergantungan Indonesia pada Singapura secara signifikan. Patimban adalah pelabuhan laut dalam untuk yang dirancang sebagai partner Tanjung Priok untuk menghadapi pertumbuhan arus barang yang kerap tak tertangani.
Rudy Sangian, pakar kepelabuhanan dari Supply Chain Indonesia (SCI), melihat masalah keterbatasan kapasitas pelauhan sebagai masalah lama yang hanya bisa diatasi dengan kehadiran Patimban. Sejauh ini, menurut Rudy, total panjang dermaga Tanjung Priok adalah 12.167,8 meter. Jika rata-rata dengan panjang per kapal adalah 100 meter, maka ada 122 kapal yang bisa ditambat di Priok sedangkan kapal berbendera Indonesia berbobot di atas 500 gross ton berjumlah 6.922 unit.
Tanjung Priok adalah tempat berlabuh kapal antarpulau yang membawa komoditas ekspor atau impor. Di Priok, muatan kapal-kapal feeder ini dialihkan ke yang lebih besar untuk diangkut ke Singapura. Di Singapura muatan tersebut dialihkan lagi ke kapal lintas samudera menuju berbagai negara. Bila pembangunan Patimban rampung, kapal-kapal antarpulau tersebut tak perlu ke Priok. Mereka bisa langsung ke Patimban, dan muatannya dialihkan ke kapal lintas samudera yang tak perlu mampir ke Singapura untuk diangkut ke negara tujuan.
Daya tampung Patimban adalah 7,5 juta kontainer dan 600.000 unit kendaraan bermotor. Maka tak sulit membayangkan, industri manufaktur dan distribusi barang membuka peluang besar bagi warga Meikarta untuk mengembangkan bisnis atau karir. Apalagi nanti akan ada tol layang di atas jalan tol (elevated toll road) Jakarta-Cikampek sehingga waktu tempuh ke Subang bisa di bawah satu jam.
Pemerintah sendiri telah memasukkan proyek Patimban yang bernilai Rp 43 trilyun ini dalam daftar Proyek Strategis Nasional. Pemerintah berharap, Patimban akan sanggup menekan biaya logistik nasional yang sampai sekarang masih tergolong tertinggi di ASEAN. Riset oleh Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) menunjukkan bahwa tahun ini rasio biaya logistik Indonesia dibandingkan produk domestik bruto (PDB) masih mencapai 23,5%. Ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan Singapura yang hanya 8,1 persen, Malaysia 13 persen, dan Thailand 13,2 persen.