INFO NASIONAL - Penurunan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Indonesia pada Selasa, pekan lalu, juga mempertimbangkan suplai dana yang akan masuk ke Indonesia. Menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara, interest rate yang ditetapkan masih dianggap atraktif dan kompetitif oleh penyuplai dana yang akan masuk. “Jadi kami melihat masih ada ruang untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter,” kata Mirza dalam acara Pelatihan Wartawan dengan topik Perkembangan Ekonomi Indonesia Terkini di Yogyakarta, Minggu, 27 Agustus 2017.
Bank Indonesia (BI) mengumumkan penurunan suku bunga acuan BI 7-day Repo Rate sebesar 25 basis poin, Selasa, 22 Agustus 2017. Dengan penurunan ini, suku bunga acuan BI turun dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen.
Baca Juga:
Terkendalinya inflasi hingga pertengahan 2017, dan lebih baik dari perkiraan awal tahun lalu, menjadi salah satu dasar pemikiran BI dalam menurunkan suku bunga acuan. Dijelaskan Mirza, terkendalinya inflasi hingga akhir tahun nanti dan juga pada tahun depan, salah satunya terlihat dari pernyataan Pemerintah yang menyatakan tidak adanya kenaikan harga elpiji tiga kilogram, tidak ada kenaikan harga listrik dan kenaikan harga BMM.
“Jadi kekhawatiran bahwa inflasi pada 2017 di atas 4 persen, bahkan waktu itu dikhawatirkan bisa di atas 4.5 persen, sekarang kami proyeksikan inflasi hingga akhir 2017 4.0 persen dan besar kemungkinan inflasi bisa ditekan di bawah 3.5 persen untuk 2018,” ujar Mirza, menjelaskan.
Ditegaskannya, inflasi yang lebih rendah ini membuka ruang kebijakan penurunan suku bunga. Kondisi ini konsisten dengan kerangka kebijakan moneter yang dijalankan.
Baca Juga:
Hal kedua, menurut Mirza, adalah kondisi neraca pembayaran yang aman, dengan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang diperkirakan berada di level 1,5 sampai 2 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2017 ini. Tahun 2018, BI memperkirakan CAD berkisar 2 sampai 2,5 persen. “Mudah-mudahan bisa di bawah 2.5 persen pada tahun 2018,” ujar Mirza.
Ditambahkannya, defisit ini sebaiknya harus ditutup oleh aliran modal, bisa dalam bentuk portofolio yang masuk, bisa dalam bentuk utang luar negeri yang masuk. Intinya defisit harus ditutup dengan aliran modal yang masuk.
Penurunan suku bunga acuan juga didasari faktor risiko eksternal yang mereda, terutama kebijakan bank sentral AS Federal Reserve (The Fed). Selain itu keputusan ini diambil untuk mendorong penyaluran kredit perbankan sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
Pelatihan kali ini diikuti wartawan dari 50 media nasional. Selain Mirza yang menyampaikan keynote speech, pembicara lain dalam kegiatan ini adalah Asisten Gubernur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo, Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Linda Maulidina dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Prof Ari Kuncoro, dengan moderator Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman.