TEMPO.CO, Jakarta - Operasi Tangkap Tangan atau Operasi OTT Kemenhub oleh KPK terhadap Direktur Jenderal Perhubungan Laut Antonius Tonny Budiono pada Kamis, 24 Agustus 2017 membuktikan pernyataan Lord Acton pada abad 19, bahwa kekuasaan itu cenderung korup. “Acton bisa jadi melihat perilaku para penguasa waktu itu yang memiliki kekuasaan absolut sehingga mudah sekali menyalahgunakan kekuasaannya,” demikian blogger Syahirul Alim menuliskan catatannya di Indonesiana.
Baca: Modus Baru, KPK: Dirjen Hubla Disuap Lewat ATM
Catatan yang berjudul Kekuasaan dan Mentalitas Korup itu memberikan gambaran bahwa dua abad lalu, Acton berpendapat semakin sulitnya menemukan para penguasa yang bermental tulus dan jujur. “Sesungguhnya proses dalam memperoleh kekuasaan pun pada kenyataannya didasari oleh ambisi dan keserakahan,” Syahirul menuliskan. Ia menambahkan, “Ketika seseorang yang ingin naik jabatan, para mafia jabatan telah menyediakan akses kemudahan melalui jalur-jalur korup yang demikian terbuka dan sudah menjadi rahasia umum bagi publik.”
Dirjen Perhubungan Laut, Antonius Tonny Budiono mengaku kebingungan ketika KPK menemukan banyak tas ransel berisikan uang di kediamannya. Tonny tak bisa lagi mengingat dari mana tas-tas itu berasal. “Bisa jadi hal ini hal ini menjadi suatu tradisi yang dibiasakan,” tulis blogger aktif Indonesiana ini.
Baca: PPATK: Duit Jemaah yang Dipakai Bos First Travel Capai Triliunan
Yang paling menggelikan, Tonny masuk dalam daftar Satuan Tugas (satgas) pemberantasan praktik pungli di lingkungan Kemenhub sejak 2016. “Disinilah saya kira, kebenaran ungkapan Lord Acton menemukan momentumnya,” ujar Syahirul dalam tulisan itu. Ketika akses kekuasaan lebih tinggi, benar-benar telah membentuk seseorang bermental korup.
Selengkapnya baca di sini.
INDONESIANA | IST