TEMPO.CO, Marabahan - Tim SAR, BPBD Barito Kuala, relawan, dan Polisi Perairan Polda Kalimantan Selatan menemukan tiga korban tenggelamnya perahu klotok di perairan Sungai Barito, Kabupaten Barito Kuala. Tim mendapati ketiga korban dalam kondisi meninggal dunia sekitar pukul 06.45 WITA, Rabu, 23 Agustus 2017.
Tiga korban tewas bernama Siswanto, 40 tahun, Johan (38), dan Munir (40). Siswanto dan Johan berasal dari Purbalingga, Jawa Tengah. Adapun Munir berasal dari Blora, Jawa Tengah. Jasad korban langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Ulin, Banjarmasin.
Baca: Perahu Berisi 9 Orang Tenggelam Dihantam Ombak Sungai Barito
“Saya harap perusahaan mau memulangkan jenazah korban, sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan,” kata Direktur Polisi Perairan Polda Kalimantan Selatan Komisaris Besar Gatot Wahyudi.
Selain itu, menurut Gatot, perusahaan tempat korban bekerja sudah sepakat memberi tali asih. Ia sudah berkoordinasi dengan intansi berwenang agar segera menghubungi keluarga korban yang tewas. “Meskipun saat kecelekaan korban tidak sedang bekerja. Mereka kan naik klotok mau ke ATM dan belanja,” kata Gatot.
Simak: Tenggelam di Ciliwung, Jasad Catherine Hanyut 15 Kilometer
Kecelakaan perahu klotok yang ditumpangi sembilan orang itu bermula ketika mereka sedang melintasi Sungai Barito selepas menggarap docking daerah log pon PT TSMJ, dekat Jembatan Barito, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Baru 20 menit naik klotok, gelombang besar Sungai Barito menghantam perahu pekerja sekitar pukul 20.00 WITA, Senin 21 Agustus 2017.
Relawan BPBD Barito Kuala, Prabu Seno, mengatakan perahu klotok mengangkut sembilan orang. Tim gabungan emergency sudah menemukan semua penumpang, tiga diantaranya tewas.
Dari enam penumpang selamat itu, empat orang ditemukan dalam kondisi sadar dan dua orang lemas. Nama korban selamat terdiri atas Rusi'in, Robianto, Vemi, Supriadi, Edy, dan satu belum diketui namanya. Sedangkan yang ditemukan tewas ialah Johan, Yanto, dan Munir. "Korban laka air merupakan karyawan perusahaan docking. Korban laka (kecelakaan) air masih satu mes," kata Prabu Seno.
DIANANTA P. SUMEDI