TEMPO.CO, Jakarta - Federal Bureau of Investigation Amerika Serikat menyatakan telah mengumpulkan semua bukti yang diperlukan dari Johannes Marliem dalam sebuah investigasi.
Bukti-bukti itu dikumpulkan dalam penggeledahan rumah Marliem di North Edinburgh Avenue Nomor 623, Los Angeles, Amerika Serikat, pada Selasa, 8 Agustus lalu. Penggeledahan dilakukan dua hari sebelum Marliem dikabarkan tewas bunuh diri dengan luka tembak di kepala.
Baca : KPK: Kekayaan 'Wah' Johannes Marliem Buat FBI Tertarik Selidiki
Kontributor Tempo di Los Angeles, James Mills, menghubungi juru bicara FBI cabang California Selatan, Laura Eimiller, yang mengatur penggeledahan tersebut.
“Penggeledahan dilakukan tanpa persoalan. Kami telah memiliki semua bukti yang dikumpulkan dari penggeledahan tersebut,” kata Eimiller seperti diberitakan Koran Tempo, Senin 21 Agustus 2017.
Meski demikian, tak ada penjelasan apakah bukti yang dimaksud berkaitan dengan kasus megakorupsi kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) di Indonesia atau kasus lain.
Eimiller menambahkan, surat berisi keterangan penggeledahan rumah Marliem telah disegel oleh pengadilan. Dengan demikian, FBI tak bisa memberikan penjelasan lebih jauh.
Simak juga : Penyebab Johannes Marliem Tetap WNA Meski Punya Paspor Indonesia
Johannes Marliem menjadi sorotan karena menjadi saksi penting dalam pengusutan kasus e-KTP. Sejak proyek itu direncanakan pada 2010, ia terlibat rapat-rapat dan pertemuan perencanaan maupun pelaksanaan proyek yang akhirnya merugikan negara Rp 2,3 triliun tersebut. Kepada Tempo, ia mengaku memiliki 500 gigabita rekaman percakapan orang-orang penting yang merecoki pengadaan e-KTP.
Marliem dikabarkan menyandera keluarganya sendiri sebelum bunuh diri. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Laode Muhammad Syarif menyebutkan, saat rumahnya digeledah, penyidik juga menemukan senjata yang diduga milik Marliem.
“Di rumahnya ditemukan senjata. Dia ditahan atas kewenangan Los Angeles Police Department karena membawa senjata, lalu keluar dengan membayar uang jaminan,” kata Laode di Jakarta tentang jejak terakhir Johannes Marliem. “Mungkin itu yang membuat dia stres.”
INDRI MAULIDAR