Firdaus dan rekannya lantas merancang aneka inovasi. Selain swalayan modern, Kopkun meluncurkan pendampingan untuk tukang becak yang tergabung dalam Paseduluran Jalan Kampus (Perjaka).
Para tukang becak yang pendapatannya merosot akibat tergusur moda angkutan lain diberi aneka pekerjaan baru, seperti membersihkan kamar kos dan memperbaiki rumah. Pengguna jasa bisa memesan melalui platform online yang dirancang tim Kopkun.
Firdaus juga mendirikan Kopkun Institute, lembaga yang berfokus pada pemberdayaan koperasi pedesaan. Salah satu kegiatannya membantu penyadap air nira kelapa di Desa Ketanda, Sumpiuh, Purwokerto. Mereka membentuk Koperasi Argo Mulyo Jati (AMJ) agar terlepas dari jerat tengkulak.
Baca: Tokoh 17 Agustus: Shinatria, Arkeolog Penemu Kapal Selam Nazi
AMJ memiliki skema pendanaan dari tabungan anggota bernama "Celengan Bambu". Ketua AMJ Sutarno mengatakan pendampingan dari Kopkun membuat kehidupan anggotanya membaik. "Salah satunya bisa lepas dari tengkulak, meski belum banyak," ucapnya.
Di luar pendampingan petani, Kopkun Institute kini menginisiasi pembentukan 30 warung dan 10 retail koperasi modern. Menurut Firdaus, saat ini koperasi menghadapi tantangan berupa digitalisasi, agar bisa bersaing dengan jenis usaha lain.
Kopkun pun berniat membeli infrastruktur "big data" dalam waktu dekat untuk mewujudkan visinya. "Koperasi akan menjadi model usaha masa mendatang, dengan basis digital," ujarnya, seraya memprediksi koperasi akan mencapai puncak keemasan pada 40-50 tahun mendatang.
Baca: Tokoh 17 Agustus, Shinatria: Arkeolog Itu Penambal Sejarah
Selanjutnya: Pemerintah bakal mengandalkan koperasi