Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Arkeolog: Menumbuhkan Toleransi dengan Belajar Sejarah

image-gnews
Seorang pengunjung mengabadikan gambar keluarganya bersama peserta yang berpakaian tentara nasional warna emas dalam acara festival JFMD 2013 di Taman Fatahillah, Jakarta (18/5). Acara tersebut diselanggarakan dalam rangka memeriahkan Hari Museum Internasional 2013. Tempo/Aditia Noviansyah
Seorang pengunjung mengabadikan gambar keluarganya bersama peserta yang berpakaian tentara nasional warna emas dalam acara festival JFMD 2013 di Taman Fatahillah, Jakarta (18/5). Acara tersebut diselanggarakan dalam rangka memeriahkan Hari Museum Internasional 2013. Tempo/Aditia Noviansyah
Iklan

TEMPO.CO, Palembang - Banyaknya hujatan dan penyebaran kebencian di dunia maya akibat perbedaan pilihan politik dan perbedaan pemahaman agama sekarang ini, seorang peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Bambang Budi Utomo menganjurkan untuk belajar toleransi dari sejarah masa lalu.

Ia menceritakan, pada Era Kedatuan Sriwijaya yang beragama Budha, semua pemeluk agama bisa berdampingan walau beda kepercayaan. Hal itu bisa dibuktikan dari Arca Boddhisattwa Awalokiteswara yang dibuat oleh seorang Pendeta Hindu yang dihadiahkan untuk Umat Budha.

Baca juga:

Obama Puji Toleransi Indonesia, Anies Apresiasi Pidato Obama

“Menariknya di belakang Arca itu terdapat pahatan Aksara Jawa Kuno yang berbunyi ‘Dan Acaryya Syuta’, nama Pendeta Hindu itu,” ujar arkeolog yang sering dipanggil Tomi, seusai Kegiatan Sosialisasi Rumah Peradapan Sriwijaya di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, Karanganyar, Palembang, Rabu 16 Agustus 2017.

Tomi juga menjelaskan, bukti toleransi tak berenti sampai disitu. Namun terus berlanjut ketika Maharaja dari Kerajaan Sriwijaya mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang berkuasa tahun 717-720 Masehi di Kekhalifahan Umayyah. Isi surat itu adalah pesan adanya kiriman dari Sriwijaya sebagai tanda persahabatan. “Juga permintaan pengiriman mubalig untuk mengajarkan islam dan menjelaskan hukum-hukum padanya,” lanjutnya.

Baca pula:

Toleransi Umat Beragama di Bali, Sejarawan: Buleleng Barometernya

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun masalah maharaja akhirnya memeluk islam atau tidak, menurut Tomi, belum ada petunjuk temuan-temuan yang menerangkannya.

Surat dari Maharaja Sriwijaya kepada Kholifah Umar bin Abdul Aziz itu berdasarkan Naskah Fatimi yang diterbitkan oleh Islamic Research Institute, International Islamic University di Islamabad, 1963.

Beberapa penemuan arkeologis yang mengambarkan Kerajaan Sriwijaya sangat toleransi dengan ditemukannya kapal Sriwijaya yang tenggelam di perairan Cirebon, di dalamnya ditemukan artefak seperti barang kaca dari Persia, tiontin yang berisi Asmaul Husna dengan ukuran setengah mili, “Ada emas dan barang kaca dari tiongkok,” katanya.

Tomi yang juga tercatat sebagai Arkeolog alumnus Universitas Indonesia ini berharap pemuda bisa menahan diri atas perbedaan-perbedaan yang ada dan selalu belajar dari sejarah. “Selain Sriwijaya, Kerajaan Majapahit juga mengajarkan toleransi,” katanya. Toleransi adalah kunci menjadi Indonesia yang penuh dengan keberagaman dari kebudayaan, suku dan bahasa ini.

AHMAD SUPARDI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

12 hari lalu

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi berbicara dalam Sidang ke-55 Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss, pada Senin 26 Februari 2024. ANTARA/HO-akun X @Menlu_RI
Indonesia Angkat Isu Literasi Keagamaan Lintas Budaya di Sidang Dewan HAM PBB

Isu tersebut dinggap penting diangkat di sidang Dewan HAM PBB untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama di dunia.


4 Gedung dari Zaman Hindia Belanda di Palembang yang Direkomendasikan sebagai Cagar Budaya

4 Januari 2024

Gedung Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang ini direkomendasikan untuk dijadikan cagar budaya. Bangunan ini merupakan bekas rumah residen Palembang yang berasal dari reruntuhan Keraton Kuto Lamo. TEMPO/Parliza Hendrawan
4 Gedung dari Zaman Hindia Belanda di Palembang yang Direkomendasikan sebagai Cagar Budaya

Dari Gedung Ledeng hingga kantor dagang Belanda Jacobson Van Den Berg & Co di Palembang dinilai layak dijadikan cagar budaya.


Libur Sekolah, Tiga Tempat Wisata di Palembang Ini Jadi Pilihan Anak-anak

29 Desember 2023

Pengelola Jakabaring Sport City, Palembang, menyiapkan wahana permainan anak menyambut libur sekolah akhir tahun. TEMPO/Parliza Hendrawan
Libur Sekolah, Tiga Tempat Wisata di Palembang Ini Jadi Pilihan Anak-anak

Libur sekolah kali ini, anak-anak di Palembang meramaikan wahana permainan di OPI Mall hingga kawasan Sungai Musi.


Liburan di Boekit Gandus Palembang, Kemping Dahulu sebelum Trekking dan Hiking

16 Desember 2023

Boekit Gandus, Palembang dikenal sebagai lokasi trekking dan sepeda. (TEMPO/Parliza Hendrawan)
Liburan di Boekit Gandus Palembang, Kemping Dahulu sebelum Trekking dan Hiking

Boekit Gandus menjadi tujuan para pehobi kemping, trekking-hiking, hingga mancing di Kota Palembang.


Fenomena Hujan Es di Kota Palembang, Ini Kata BMKG

18 November 2023

Ilustrasi hujan es. wikimedia
Fenomena Hujan Es di Kota Palembang, Ini Kata BMKG

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumatera Selatan mengungkapkan fenomena hujan es di Kota Palembang akibat musim pancaroba.


Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

16 November 2023

Suasana Terowongan Silaturahim yang menghubungkan antara Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral, Senin, 25 Oktober 2021. Terowongan yang dibangun dengan panjang tunnel 28,3 meter, tinggi 3 meter, lebar 4,1 meter dengan total luas terowongan area tunnel 136 m2 dengan total luas shelter dan tunnel 226 m2 menelan dana sebesar Rp 37,3 miliar. TEMPO/Syara Putri
Asal-usul Hari Toleransi Internasional yang Diperingati 16 November

Setiap 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional.


Indeks Pencemaran Udara Berbahaya, Kota Palembang Disemprot Ekoenzim

30 Oktober 2023

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel melakukan penyemprotan ekoenzim untuk mengatasi ISPU, Senin, 30 Oktober 2023. (ANTARA/M Imam Pramana)
Indeks Pencemaran Udara Berbahaya, Kota Palembang Disemprot Ekoenzim

Penyemprotan sebagai respons terhadap tingginya tingkat pencemaran udara di Kota Palembang, yang mencapai angka 310 pada ISPU.


Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

18 Juni 2023

Wali Kota Tangerang Selatan bersama Pangdam Jaya Mayjen TNI Mohamad Hasan meresmikan dua Markas Koramil, Selasa 30 Mei 2023. Foto TEMPO/Muhammad Iqbal
Terkini Metro: Pangdam Jaya Ajak Remaja Masjid Jaga Toleransi, BMKG Minta Warga Depok Waspada Kekeringan

Kepada remaja masjid, Pangdam Jaya mengatakan pluralisme sebagai modal kuat dalam bekerja sama untuk menjaga persaudaraan dan kedamaian di Indonesia.


Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

24 Mei 2023

Mas Dhito Puji Toleransi Umat Beragama Desa Kalipang

Berbudaya itu, bagaimana budaya toleransi beragama, menghargai umat beragama lain, budaya tolong menolong.


Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

1 April 2023

Menikmati pemandangan indah di pinggir danau venue dayung, Jakabaring Sport City. Disini pengunjung dapat pula olahraga jogging sore sembari ngabuburit. TEMPO/Parliza Hendrawan
Ngabuburit di Tepi Danau Jakabaring Sambil Lihat Simbol Toleransi Beragama

Di akhir pekan atau hari libur nasional, Jakabaring Sport City menjadi pilihan destinasi liburan dalam kota yang seru.