TEMPO.CO, Jakarta - Muhammad Rizky, salah satu tokoh pilihan Tempo.co untuk Edisi Khusus 17 Agustus, punya profesi unik untuk ukuran Indonesia. Menekuni game secara profesional, remaja 19 tahun ini mendapat gaji dan bisa meraih hadiah puluhan juta rupiah setiap kali menjadi juara.
Ia memiliki ribuan fans yang selalu antusias mengikuti aktivitasnya lewat akun media sosialnya. Sekilas pria kelahiran 7 Oktober 1998 ini mirip selebritas.
Kondisi itu tak mengherankan. Sebagai gamer pro ia sudah mampu bicara di level Asia Tenggara. Ia menjadi orang Indonesia pertama, dan sejauh ini masih satu-satunya, yang mampu meraih poin 9.000 MMR (match making ranking) dalam game DOTA (Defense of The Ancient) 2.
Baca Juga: Edisi Khusus 17 Agustus: Orang Muda Inspiratif
Rizky, putra seorang pimpinan di perusahaan penyuplai pengadaan komponen onderdil pesawat terbang, sudah tergila-gila dengan game sejak belia. Pertemanan di lingkungan rumah membuat Muhammad Rizky mengenal dunia game online. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, ia sudah kecanduan bermain game di layar komputer.
Hampir setiap hari sepulang sekolah dia mampir ke warnet. Selama lima jam berada di warnet, Rizky dan rekan-rekan sebayanya larut dalam pertarungan game yang seru. “Saya terpengaruh main game online Gunbound (tembak-tembakan) dari tetangga sejak SD, akhirnya terbawa sampai sekarang,” ujar Rizky saat ditemui di rumahnya di kawasan Pondok Gede, Bekasi, Kamis, 10 Agustus 2017.
Kecanduan game online membuat Muhammad Rizky sering bolos sekolah. Ketika SMA, ia lebih sering menghabiskan waktu di warnet ketimbang di sekolah. “Terkadang saya hanya masuk sekali dalam seminggu, biasanya Hari Jumat,” kata dia.
Dalam memori Rizky, cita-citanya selalu berubah. Pernah bercita-cita jadi tentara saat SD, lalu sempat ingin jadi pesepakbola karena tergila-gila dengan futsal. Pertemuannya dengan seorang gamer senior mengenalkan Rizky kepada profesi baru: gamer yang bisa mendatangkan uang.
Ada satu peristiwa yang membuat Rizky sangat tertarik dengan profesi gamer. Jika sebelummya dia selalu menghabiskan uang jajan di warnet untuk bermain game, dengan mengikuti kompetisi game online dia bisa menghasilkan uang.
Muhammad Rizky (kedua dari kiri) bersama anggota tim BOOM.ID. (dok. BOOM.ID)
Oktober 2015, Rizky dan timnya (beranggotakan lima orang) meraih juara dan mendapatkan hadiah Rp 100 juta di sebuah turnamen Master Gaming Series. Sejak saat itu Rizky pun mantap menjadikan gamer online sebagai cita-cita sekaligus pekerjaan meski pun hanya berbekal ijazah SLTA. Rizky memiliki spesialisasi di game DOTA (Defense of The Ancient) dengan posisi sebagai midliner.
Rizky, yang berperawakan langsing dan kulit agak gelap, sempat kuliah beberapa bulan di Jurusan Sastra Inggris Universitas Gunadarma. Karena kesibukannya sebagai gamer pro, kuliahnya terbengkalai.
Rizky kini bergabung dengan tim BOOM.ID. Pemakai nama online "InYourDreaM" itu dikontrak selama dua tahun (Januari 2017-Desember 2018) du sana. Di sana, Rizky dan rekan-rekannya digaji Rp 5 juta per bulan. Bila berlaga di turnamen, ia dan rekan setimnya berhak atas hadiah yang didapat, setelah dipotong 10 persen untuk manajemen.
Dalam perhitungan Rizky, dia telah meraup hadiah uang sekitar Rp 250 juta dari belasan turnamen game online yang diikutinya. Sebagian besar hadiah uang itu dititipkan ke ibunya, setelah dia belanjakan untuk membeli aksesoris sepeda motor.
Walau bisa bermain games 12 jam non stop, Rizky sangat dekat dengan keluarganya. Karena itu, berbeda dengan belasan rekan setimnya di BOOM.ID yang tinggal dan menetap di bootcamp di kawasan Cilandak, Jakarat Selatan, ia justru lebih sreg menjalani latihan pergi pulang dari Bekasi ke Cilandak. ”Saya suka kangen sama keluarga,” ujarnya.
Restu orang tua selalu menjadi patokan Rizky melangkahkan kaki sebagai gamer profesional. Di awal-awal mengikuti kompetisi game online, izin itu sangat sulit diperolehnya. Tapi setelah berulang kali membuktikan bisa menghasilkan uang, sikap kedua orang tuanya pun melunak.
Keputusan Rizky untuk berhenti kuliah juga atas sepengetahuan ayah dan ibunya. Tapi, ia tetap bermimpi meraih gelar sarjana dan memiliki pekerjaan formal seperti orang kebanyakan. Baginya, menjadi gamer pro belum bisa jadi sandaran untuk seumur hidup. “Nothing last forever. Kalau nggak dapat gelar nggak bisa kerja," katanya.
Karena kemampuannya, Rizky sempat dikontrak oleh tim asing, Fnatic dari Malaysia, pada akhir tahun lalu. Sayang karena kurang cocok dengan anggota tim lain, ia hanya bertahan dua bulan di sana.
Kini, bersama BOOM, ia lebih banyak berlaga di kompetisi lokal. Tapi, peluang untuk berlaga di level internasional tetap terbuka. Saat ini, ia dan kawan-kawan tengah bersiap mengikuti babak penyisihan World Cyber Arena (WCA). "Kalau lolos kami akan menjadi wakil Indonesia ke main event di Cina pada tahun depan," kata Marzarian Sahita, manajer Tim BOOM.ID.
Rizky, yang menjadi satu dari 10 tokoh Tempo.co di Edisi 17 Agustus kali ini, optimistis dengan peluang timnya untuk lolos ke Cina. Ia menilai kemampuan gamer Indonesia dengan gamer di wilayah Asia Tenggara masih cukup setara.
HOTMA SIREGAR