Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tokoh 17 Agustus, Nasionalisme Winston: Enggak Ngrepotin Negara

image-gnews
Tokoh 17 Agustus. Winston Utomo. TEMPO/Artika Farmita
Tokoh 17 Agustus. Winston Utomo. TEMPO/Artika Farmita
Iklan

TEMPO.CO, Surabaya - Tokoh 17 Agustus Tempo.co,Winston Utomo membangun idntimes.com dari kamarnya di Singapura. Setiap hari harus membagi waktu dan pikiran agar proyek rintisannya tidak mengganggu dirinya sebagai Senior Account Strategist Google Asia Pacific Ltd. yang berlokasi di negeri jiran ini.

Modal awal dari kantong sediri Rp 100 ribu untuk membeli domain. Markas IDNtimes Creative Lab kini berada di Surabaya dan Winston memilih untuk meninggalkan Google.

Artika Rachma dari Tempo.co berbincang dengan Winston selama sekitar satu jam pada Senin, 7 Agustus 2017, di kantornya, Jalan Raya Darmo Permai Selatan, Surabaya. Demikian petikannya.

Baca: Edisi Khusus 17 Agustus: Orang Muda Inspiratif

Pada Senin, 14 Agustus 2017,  Winston Utomo membagi cerita kepada Tempo tentang bagaimana membangun perusahaan dari nol, mengadopsi budaya kerja Google hingga mendapatkan pendanaan dari gabungan perusahaan investasi global. Berikut ini penjelasannya.

Bagaimana awal mula merintis IDN Times?
Mulanya dari 3 tahun yang lalu dengan nama IDN Media. Saat itu diperkirakan 70 persen pengguna internet adalah generasi milenial , tapi kok enggak ada media khusus untuk mereka. Kita tahu media mainstream Indonesia lebih address ke generasi di atasnya milenial. Makanya kami media pertama di Indonesia yang membidik segmen  paling besar di Indonesia.

Apa mengatasi kesulitan di saat awal merintis perusahaan?
Pertama mulai dari pendanaan. Saya gunakan penghasilan saya di Google. Ini cukup berat. Kedua, ini konsep media baru bagaimana mudah dikenal audiens, yang kebanyakan sudah punya bayangan tentang media. Pada awalnya kami gunakan list tickle (daftar informasi yang membuat mereka penasaran). 10 hal di antaranya banyak gambar, pakai media sosial seperti instagram dan lain-lain. Itu butuh waktu panjang untuk mengenalkan itu kepada mereka.

Kenapa Anda memilih keluar dari Google?
Saya kerja sejak Januari 2014. Saya bertahan di Google selama 1,5 tahun sebagai account strategist. Ngerjain IDN Media setiap pulang kerja. Modal awal Rp 100 ribu buat beli domain. Pada 2015 saya keluar karena merasa sudah waktunya. Waktu itu IDN times growing cepat, saya harus fokus dan milih salah satu. Memang dari awal lebih prefer IDN media. Kerja di Google ya kerja buat cari uang. Selain itu, di Google membuat mataku terbuka oleh dunia media dan teknologi serta opportunity di Indonesia. 

Pelajaran apa yang didapat di Google?
Pelajaran paling besar adalah organisasinya. Mulai dari budayanya, cara mereka mengoperasionalkan, dan kebijakan manajemen. Itu yang lebih aku pelajari. Itulah kenapa kami fokus membangun people first company, bukan business first company. Ya memang business is business ya, tapi bagaimana kami create policy dan lain-lain, kami berusaha menciptakan people first company.

Hal paling sederhana adalah dari sisi pakaian. Celana pendek terserah. Gaya bekerja yang fleksibel, enggak harus 9 jam di depan laptop. Boleh di depan laptop dulu, istirahat dulu, keluar dulu, olahraga dulu, yang penting kerjaan selesai. Open culture dalam arti sebisa mungkin membuat enggak terlalu hierarki, komunikasinya bisa terbuka satu sama lain, saling sharing. Yang paling penting: treating people as they should be treated. Ini kunci kami karena kami menaruh orang pertama: we put people first.

Setelah berjalan pendanaan selanjutnya dari mana saja?
Kami dapat pendanaan pertama dari perusahaan venture pada pertengahan 2015, East Ventures. Series A Agustus 2016 dari North Base Media, GDP venture. Nilainya disclosed ya. Ini mendorong saya lebih mempercepat pertumbuhan produk, line up hiring. Pada akhirnya kami enggak mau perusahaan rugi terus, tapi juga target profit. Sekarang belum terasa profit.

Butuh berapa lama startup media mampu menghasilkan profit?
Tergantung. Karena tantangan utamanya dimonetisasi. Banyak media tutup bahkan termasuk perusahaan media besar digitalnya pun masih belum bisa mencetak uang. Kenapa, aku sejak awal fokus dimonetisasi karena lebih menemukan based model yang tepat. Karena enggak ada gunanya juga tumbuh cepet banget tetapi base modelnya salah. Makanya harus ditemukan kombinasi yang tepat di media lanskap Indonesia bagaimana.

Acuan kami traffic and revenue. Tetapi goal kami lebih dari itu, visi kami adalah menjadi to become the voice of millenials and Gen Z. Enggak ada gunanya menjadi media, misalnya, mempunyao 100 juta pageviews tetapi apa yang disampaikan tidak mempunyai dampak. Kami ingin memyakinkan apapun konten yang disampaikan, harus ada efeknya sesuai dengan nilai yang kami percaya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Nilai kami di antaranya kesetaraan hak, bersatu dalam perbedaan, toleransi, anti pelecehan seksual, memaknai ulang arti kecantikan (redefining beauty), anti stereotype, anti bullying, sama dalam ras, agama dan etnik yang berbeda. Itu yang berusaha kita kampanyekan dalam pesan-pesan kita.

Punya mentor dalam menjalankan bisnis ini?
Ada, tapi tidak harus jauh-jauh, sekeliling dan tim internal. Karena ketika memasukkan tim baru, pasti mereka punya kelebihan dan kepintaran di bidang tertentu. Dari situ mereka jadi mentor satu sama lain. Jadi enggak harus mentor adalah seseorang yg sangat sukses. Siapapun bisa jadi mentor, yang penting berpikiran terbuka dan mau mendengarkan.

Kira-kira berapa taksiran kekayaan Anda?
Ya belumlah, masih jauh dari yang aku inginkan. Pekerjaan rumah masih panjang.

Apa strateginya membuat perusahaan mampu terus berprestasi?
Fokus yang paling penting. Katanya 90 persen startup gagal, ya karena enggak fokus. Karena fokus itu sendiri mulai dari founder sampai semua tim harus tahu fokusnya untuk apa mencapai target. Saya enggak usah ngomong  kerja keras, itu sudah pasti.

Kedua adalah harus oportunistik, jangan keras kepala dengan apa yang menurut kita benar. Kalau user atau audiens merasa itu kurang sesuai, ya mungkin harus improve sesuatu.

Ketiga adalah personal view. Mungkin beberapa orang tidak setuju, tetapi membangun manusia (people first) itu lebih penting. Kalau people first company gajinya naik itu dihitung sebagai investasi. Ini perlu diubah mindsetnya 180 derajat, bahwa manusia itu aset bukan beban pengeluaran.

Punya kesibukan lain, di luar pekerjaan?
Masih di IDN, hehe

Anda berasal dari keluarga pebisnis?
Ya, tapi tidak ada hubunganya dengan media. Itu berpengaruh, sampai sekarang masih sering tanya orang tua. Karena aku masih muda, apinya besar banget. Jadi mereka bisa kasih nasihat yang lebih dewasa.




Menurut Anda apa arti nasionalisme?
Enggak perlu terlalu berat. Enggak harus rela mati buat negara atau apa. Tetapi lebih sederhana di mana pun kita berada, apa yang kita lakukan itu berkontribusi kepada negara. Selama bisa membawa nama baik Indoensia, itu adalah bentuk dari nasionalisme. Yang sekolah jauh-jauh ke luar negeri kembali kerja di Indonesia, enggak ngrepotin negara. Enggak memperkeruh keadaan dengan isu-isu SARA.

Apa harapan Anda untuk Indonesia?
Cuma satu: bisa bersatu dalam perbedaan. Bayangkan beberapa bulan terakhir kita berantem cuma karena perbedaan, yang ujung-ujungnya sama-sama rugi. Kalau kita bisa bersatu dalam perbedaan, kita bisa fokus untuk cita-cita yang lebih besar, memajukan Indonesia. Harapannya, Indonesia di usia 72 tahun nanti agar masyarakat Indonesia bisa lebih open minded dan merayakan perbedaan ini.

Simak artikel lainnya tentang Edisi Khusus Tokoh Generasi Inspiratif 17 Agustus hanya di Tempo.co.

ARTIKA RACHMA | ALI HIDAYAT

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Gerakan Makan Berkah Bantu Pasien Covid-19 yang Harus Isoman di Tangsel

14 Agustus 2021

Relawan Gerakan Makan Berkah saat membagikan makanan siap saji kepada masyarakat yang sedang isolasi mandiri diwilayah Ciputat Timur, Sabtu 14 Agustus 2021. Tempo/Muhammad Kurnianto
Gerakan Makan Berkah Bantu Pasien Covid-19 yang Harus Isoman di Tangsel

gerakan Makkah sudah memiliki empat dapur di Tangerang Selatan untuk membagikan makanan gratis setiap hari bagi pasien Covid-19 yang sedang isoman.


Usai Upacara, Sri Mulyani Ikut Flash Mob dengan Pegawai Kemenkeu

17 Agustus 2019

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati selepas menjadi Pembina Upacara Hari Kemerdekaan RI ke-74 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Sabtu, 17 Agustus 2019. Tempo/Caesar Akbar
Usai Upacara, Sri Mulyani Ikut Flash Mob dengan Pegawai Kemenkeu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ikut menari dalam flash mob yang diinisiasi oleh sejumlah pegawai Kementerian Keuangan.


Tokoh 17 Agustus: Kantong Pekerja Lepas Ryan Gondokusumo

21 Agustus 2017

Pendiri Sribulancer, Ryan Gondokusumo, saat ditemui Tempo di kantornya, kawasan Gandaria, Jakarta, 9 Agustus 2017. TEMPO/Nurdiansah
Tokoh 17 Agustus: Kantong Pekerja Lepas Ryan Gondokusumo

Ryan Gondokusumo berhasil mengembangkan situs penyedia jasa desain menjadi platform yang mewadahi ribuan pekerja lepas dalam waktu tiga tahun.


Tokoh 17 Agustus: Prasetyo Andy Mewujudkan Konsep Smart City

21 Agustus 2017

Head of IT Development Jakarta Smart City Prasetyo Andy Wicaksono. TEMPO/Imam Sukamto
Tokoh 17 Agustus: Prasetyo Andy Mewujudkan Konsep Smart City

Prasetyo Andy Wicaksono menerapkan aplikasi digital Qlue Jakarta Smart City untuk memecahkan masalah perkotaan.


Tokoh 17 Agustus: Firdaus Putra Aditama dan Koperasi Modern

20 Agustus 2017

Firdaus Putra Aditama. dok. pribadi
Tokoh 17 Agustus: Firdaus Putra Aditama dan Koperasi Modern

Tokoh 17 Agustus Koran Tempo salah satunya adalah Firdaus Putra Aditama, 32 tahun.


Tokoh 17 Agustus: Sulfahri, Kepincut Listrik Alga

20 Agustus 2017

Dokter Universitas Hasanuddin, Sulfahri (28) saat berada di antara  Ganggang (Alga) untuk bahan penilitian Alga menjadi Biotethanol dan biodisel di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, 14 Agustus 2017. TEMPO/Iqbal Lubis
Tokoh 17 Agustus: Sulfahri, Kepincut Listrik Alga

Sulfahri, 28 tahun, terpilih menjadi tokoh 17 Agustus Koran Tempo.


Tokoh 17 Agustus: Ricky Elson, Setrum Murah untuk Rakyat

20 Agustus 2017

Ilmuwan Ricky Elson. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Tokoh 17 Agustus: Ricky Elson, Setrum Murah untuk Rakyat

Ricky Elson, adalah salah satu tokoh edisi khusus Tempo Hari
Kemerdekaan 17 Agustus 2017.


Tokoh 17 Agustus, Mizan Bustanul Pembuat Kurikulum Anti Bencana

20 Agustus 2017

Mizan Bustanul Fuady Bisri, saat survey pasca gempa Nepal 2015 di di Gorkha, Nepal, 25 April 2017. dok. pribadi
Tokoh 17 Agustus, Mizan Bustanul Pembuat Kurikulum Anti Bencana

Dalam memperingati hari proklamasi 17 Agustus, redaksi Tempo
menampilkan tokoh edisi khusus. Salah satunya adalah Mizan
Bustranul Fuady Bisri.


Tokoh 17 Agustus: Ratih Pangestuti, Mengail Obat dari Lautan

19 Agustus 2017

Ratih Pangestuti di laboratorium Pusat Penelitian Oseanografi  LIPI, Jakarta, 14 Agustus 2017. Bioaktif peptida kuda laut mampu menurunkan peradangan pada mikroglia dan menghambat kematian sel saraf cholinergic. TEMPO/ Nita Dian
Tokoh 17 Agustus: Ratih Pangestuti, Mengail Obat dari Lautan

Ratih pangestuti, tokoh 17 Agustus di bidang kesehatan pilihan Koran Tempo, meneliti biota laut untuk mencari bahan baku obat.


Tokoh 17 Agustus: Solusi Gamal Albinsaid Mengatasi Biaya Medis

19 Agustus 2017

Chief Executive Officer (CEO) Indonesia Medika, Gamal Albinsaid, di Jakarta, 22 Maret 2016. TEMPO/Frannoto
Tokoh 17 Agustus: Solusi Gamal Albinsaid Mengatasi Biaya Medis

Melalui asuransi sampah, Gamal Albinsaid, tokoh 17 Agustus pilihan Koran tempo, membantu pelayanan kesehatan sekaligus menjaga kebersihan lingkungan.