TEMPO.CO, PANGKALPINANG - Penerapan full day school atau lima hari sekolah di Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung mendapat respons positif dari pihak sekolah dan orang tua murid. Bahkan hingga saat ini sudah 72 sekolah yang menerapkan full day school.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung Muhammad Soleh mengatakan penerapan full day school di sekolah di Bangka-Belitung merupakan inisiatif sekolah dan tidak ada pemaksaan dari pemerintah daerah atau pihak lain.
"Total ada 72 sekolah yang menerapkan full day school, yang terdiri atas 16 SMA, 23 SMK, 25 SMP, dan 8 SD. Tidak ada paksaan karena kita melihat kesiapan masing-masing sekolah melaksanakan full day school. Kalau siap, silakan. Kalau belum, jangan memaksakan diri," ujarnya kepada Tempo, Selasa, 15 Agustus 2017.
Soleh mengatakan pihaknya melakukan sejumlah evaluasi sebelum sekolah menerapkan full day school, di antaranya mengecek kesiapan infrastruktur sekolah hingga kesiapan stakeholder sekolah, seperti guru, orang tua siswa, dan siswa.
"Harapan penerapan full day school adalah untuk membangun pendidikan karakter siswa. Jadi bukannya siswa dari pagi sampai sore di dalam ruangan. Selain diterapkan intrakurikuler yang merupakan pelajaran sesuai dengan kurikulum, diterapkan juga kokurikuler, kegiatan yang menunjang keberhasilan intrakurikuler. Selain itu, ada ekstrakurikuler atau kegiatan yang disesuaikan dengan minat dan bakat siswa," ucapnya.
Baca Juga:
Menurut Soleh, penerapan full day school mendapatkan dukungan orang tua karena memiliki sejumlah efek positif bagi siswa. Efek itu antara lain kegiatan siswa lebih terpantau dan waktu siswa untuk bermain hal yang tidak penting lebih sedikit.
"Ini lebih bermanfaat ketimbang siswa keluyuran ke mana-mana saat di luar jam sekolah, yang justru akan menimbulkan dampak negatif bagi siswa," tuturnya.
Soleh menambahkan, sudah menyiapkan anggaran bantuan langsung ke siswa di Bangka-Belitung melalui sekolah. Bantuan yang diberikan adalah anggaran Rp 2 juta untuk siswa di SMK, Rp 1,8 juta di SMA, Rp 1 juta untuk SMK swasta, dan bantuan Rp 900 ribu untuk siswa SMA dan MA swasta.
"Bantuan itu untuk satu orang siswa setiap tahun. Sekolah yang mengelola dan dipergunakan untuk keperluan siswa. Tidak bisa main-main karena ada pertanggungjawabannya. Kita ingin mutu pendidikan di Bangka-Belitung lebih baik ke depan," katanya.
SERVIO MARANDA