TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Indonesia mewaspadai kepulangan 18 warga negara Indonesia dari Suriah dan Irak yang sempat kontak dengan organisasi ISIS. Menurut Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Syafruddin, mereka juga patut diduga sebagai teroris.
"Bukan diduga kuat, tetapi patut diduga. Karena bagaimanapun juga mereka ada dalam peperangan yang terjadi di Irak dan Suriah bersama ISIS," ujar Syafruddin saat dicegat di kompleks Istana Kepresidenan, Selasa, 15 Agustus 2017.
Pada Ahad lalu, 18 WNI dari Irak dan Suriah sudah tiba di Indonesia. Mereka adalah 18 WNI yang selama ini dikabarkan meminta bantuan untuk pulang dari kedua negara tersebut karena merasa ditipu oleh ISIS.
Mereka tengah menjalani proses pemeriksaan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Sesudahnya, mereka akan diperiksa Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri.
Syafruddin melanjutkan, bahwa pemeriksaan yang tengah berjalan sekarang berfungsi untuk memilah-milah ke-18 WNI tersebut. Dengan begitu, bisa dipisahkan mana yang terindikasi kuat anggota teroris dan mana yang tidak.
"Bisa saja mereka ternyata hanya masyarakat biasa (yang terjebak ISIS) atau bagian dari mereka yang menjalankan jaringan operasi terorisme," ujar Syafruddin.
Ditanyai apakah proses sejauh ini sudah menunjukkan indikasi awal orang yang diduga teroris, ia menjawab belum ada. "Sedang dikembangkan dan belum dapat kepastiannya," ujar Syafruddin soal pemeriksaan 18 WNI yang merasa ditipu ISIS.
ISTMAN M.P.