Bisa dibilang Adit termasuk arkeolog maritim yang cukup produktif. Selain kapal selam Nazi, pada tahun yang sama dia dan tim dari Puslit Arkenas berhasil mengungkap lingkungan budaya maritim di Pulau Misool, Raja Ampat, Papua Barat, dan menemukan reruntuhan kapal perang Australia pada Perang Dunia II di Selat Sunda.
Pada 2016, Shinatria bahkan diminta bergabung dalam ekspedisi internasional pencarian Kapal Fortuyn di Pulau Christmas dan Cocos, utara Australia. Wilayah ini berdekatan dengan perairan bagian selatan Laut Jawa. Tim ini dipimpin Greame Henderson, pakar arkeologi bawah laut dari Wreck Check Inc, lembaga nonprofit asal Australia. Dia, tentunya membawa nama Puslit Arkenas.
"Tak sembarangan orang bisa menyelam di kawasan perairan ini," kata dia, yang juga pernah mengungkap kapal dagang era Dinasti Qing di Laut Natuna. "Cocos dan Christmas merupakan kawasan heritage yang dijaga ketat pemerintah Australia."
Kapal Fortuyn (kerap juga dieja Fortuin) adalah sebuah kapal milik Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), Belanda, yang diduga tenggelam pada 1724 pada pelayaran pertamanya. Kapal yang dipimpin Pieter Westrik ini berlayar dari Texel, Belanda, ke Batavia pada 27 September 1723.
Baca: Tokoh 17 Agustus: Dua Srikandi Mendaki Tujuh Puncak Dunia
Shinatria Adhityatama dan tim saat eksplorasi di Hitu, Maluku Tengah. (TEMPO/Rere Khairiyah)
Meski bertitel arkeolog maritim, tapi penelitiannya tidak melulu soal kapal karam dan bawah laut. Contohnya pada 2016, Adit menyelam di bawah Danau Matano Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
"Kami temukan dua hal. Pertama, bekas perkampungan yang tenggelam. Kedua, tembikar dan alat batu yang umurnya diperkirakan 2.000 tahun. Namun, kami belum temukan konteks dan korelasi keduanya," Adit menjelaskan. Saat ini, temuan tersebut masih diteliti lebih lanjut.
Dari kegiatan arkeologi maritimnya selama ini, Adit telah menelurkan setidaknya 12 publikasi ilmiah karya gabungan. Meski begitu, dia tak mau sesumbar. Sebab, Adit menjelaskan, arkeologi adalah kerja tim. Dan dari kerja sama tim itulah karya arkeologi yang baik lahir. "Saya puas sekaligus bangga terlibat dalam penelitian itu," ujarnya.
Baca: Tokoh 17 Agustus: Save Yourselves, Karena Hidup Lebih Bermakna
Shinatria Adhityatama saat penelitian kapal selam U-boat milik Nazi Jerman. (Istimewa)
Selanjutnya: Hasil survei di Hitu