Di KAPAK UGM dia kian mendalami bidang arkeologi maritim. "Saya pernah coba semua bidang arkeologi, pra-sejarah, klasik, dan kolonial. Namun, bidang maritim menurut saya paling menantang," kata dia, yang juga gemar mengambil foto bawah laut.
Adit pertama kali melakukan penelitian arkeologi maritim pada 2008. Kala itu, dia masih mahasiswa program sarjana. Adalah Balai Arkeologi Yogyakarta, lembaga penelitian di bawah Arkenas, yang mengajak Adit meneliti situs arkeologi maritim di Laut Jawa. Dia dipercaya membuat pemetaan bawah laut.
Sejak saat itu, di tim, Adit biasa bertugas untuk mengambil data soal 3D scan on object, geologi, dan photogrammetry. Yang terakhir adalah teknik analisis untuk membuat peta berdasarkan foto permukaan. Teknik ini biasanya menggunakan data foto kompleks untuk membuat gambaran 3D. Berdasarkan data-data tersebutlah Adit kerap mengungkap temuan arkeologis yang sangat menarik.
"Yang terbesar dan cukup menghebohkan ya kapal selam Nazi di Laut Jawa," Adit menjelaskan. Kapal selam itu ditemukan pada 2014 dan menjadi artefak Nazi pertama yang terungkap di Asia. "Itu jadi sejarah baru untuk Indonesia." Melihat pengalaman ini, wajar rasanya kalau Tempo.co mendapuknya menjadi tokoh generasi inspiratif 17 Agustus.
Baca: Tokoh 17 Agustus: Save Yourselves, Karena Hidup Lebih Bermakna
Shinatria Adhityatama saat sedang menyelam pada medio 2015. (Istimewa)
Selain kapal selam Nazi, dia juga menjadi anggota tim yang mengungkap Kapal HMAS Perth, kapal perang Australia yang tenggelam dalam pertarungan laut dengan armada Jepang pada 1 Maret 1942.
Dari kegiatan arkeologi maritimnya selama ini, Adit telah menelurkan setidaknya 12 publikasi ilmiah. Meski begitu, dia tak mau sesumbar. Sebab, Adit menjelaskan, arkeologi adalah kerja tim. Dan dari kerja sama tim itulah karya arkeologi yang baik lahir. "Saya puas sekaligus bangga terlibat dalam penelitian itu," ujarnya.
Seperti halnya survei penelitian kali ini tentang pelayaran rempah di Hitu, 25 kilometer dari Kota Ambon. Menurut dia, data-data arkeologi jalur rempah banyak yang belum tergali, khususnya perdagangan rempah sebelum kedatangan orang Eropa. "Kami tidak habis pikir bagaimana desa kecil di ujung utara Pulau Ambon pernah menjadi pelabuhan dagang utama di Maluku pada awal abad ke-16," ujar Adit.
Masih banyak yang ingin Adit kejar, seperti melanjutkan pendidikannya hingga jenjang doktoral, hingga mengungkap temuan arkeologis yang belum tereksplorasi. Mimpi besarnya: jadi salah satu orang yang menemukan kapal-kapal bersejarah yang tenggelam di perairan Nusantara, seperti Kapal Enrak dan Kapal Trinidad milik Ferdinand Magellan.
Baca: Infografis: Drama Menegangkan Seputar Proklamasi 17 Agustus 1945
Shinatria Adhityatama. (TEMPO/Rere Khairiyah)
Adhityatama berharap, hasil studi bersama timnya ini bisa mengungkap sejarah baru Indonesia. Dia juga mengajak para pemuda untuk lebih peduli dengan sejarah bangsa Indonesia, yang akan berumur 72 tahun pada 17 Agustus mendatang.
RERE KHAIRIYAH | AMRI MAHBUB