Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Edisi Khusus 17 Agustus, Youtuber Bayu Skak: Berawal dari Iseng  

Editor

Suseno TNR

image-gnews
Tokoh 17 Agustus. Bayu Skak, Youtuber. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Tokoh 17 Agustus. Bayu Skak, Youtuber. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Iklan

TEMPO.CO, Malang - Salah seorang Tokoh 17 Agustus Tempo.co  adalah youtuber asal Malang, Bayu Skak. Ia mewakili anak muda inspiratif: berumur 23 tahun, mempunyai subscriber 1 juta lebih, punya penghasilan lumayan dan bisa membuka lapangan kerja.

Baca juga: Edisi Khusus 17 Agustus: Orang Muda Inspiratif

Salah satu dari 188 video yang diunggahnya di YouTube, Tutorial Kawin ditonton  4,1 juta kali lebih. Dengan bahasa Indonesia dicampur jawa dialek Malang, Bayu memberikan tips konyol untuk pasangan yang akan menikah. 

Bayu Eko Moektito, demikian nama mahasiswa jurusan Art and Design di Universitas Negeri Malang,  yang populer dengan nama Bayu Skak ini. Ia tidak pernah membayangkan bakal menjadi orang terkenal. Sebab kegiatan yang ia lakukan bersama teman-temannya diawali dengan iseng. 

Semua berawal dari pembentukan kelompok yang dinamakan Skak. Kata itu merupakan akronim dari Sekumpulan Arek Kesel yang dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sekumpulan anak-anak yang lelah. “Skak itu hasil iseng-iseng,” kata Bayu, saat ditemui di Malang, Jawa Timur, Kamis, 10 Agustus 2017.

Skak dibentuk pada 2009 saat Bayu dan teman-temannya masih mengenyam pendidikan di jurusan Animasi SMK Negeri 4 Malang. Beban akademik yang cukup banyak membuat mereka lelah dan jenuh setelah jam sekolah berakhir.

Untuk menghilangkan kejenuhan itu mereka kerap membanyol atau melakukan tindakan konyol. Bayu merekam tingkah laku teman-temannya itu dengan kamera handphone 3 megapixel miliknya. “Dulu tak pernah tahu kalau ini bisa menghasilkan uang,” kata Bayu yang sampai sekarang tetap menggunakan Skak di belakang nama panggilannya.

Film iseng  yang mereka buat pertama kali berjudul Rumah Sakit Jiwa. Film itu diunggah ke Facebook. “Tapi yang nonton cuma teman-teman saja,” kata Bayu Skak. Jumlah penonton mulai membengkak setelah Bayu mengunggahnya di YouTube. “Sing nonton sewu, wong sak nduyo (Yang menonton seribu, orang seluruh dunia). Cuma sketsa doang, tak ada script.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di luar dugaan, keisengan Bayu dan kawan-kawannya berbuah manis. Pada 2011, ia dihubungi manajemen YouTube. Saat itu  pengunjung yang subscribe filmnya sudah lebih dari 20 ribu. “Jadi videonya ditempeli iklan,” katanya. “Dapat uang pertama kali 300 dolar AS (sekitar Rp 3,9 juta) sebulan.”

Kekompakan Skak berakhir setelah Bayu dan kawan-kawannya lulus dari SMK Negeri 4. Masing-masing sudah memiliki kesibukan sendiri. Ada yang melanjutkan kuliah, bekerja, dan ada yang menjadi tentara.

Bayu tidak rela membiarkan Skak vakum dan tinggal menjadi kenangan. Dia menghubungi teman-temannya untuk menghidupkan lagi kelompok “iseng-iseng” itu. “Tapi mereka sibuk dengan dunia masing-masing. Ada yang mau satu, namanya Alvan Septi,” kata Bayu.

Akhirnya, pada Januari 2012, Bayu dan tim barunya membuat video dengan konsep vlog. Konsep ini ternyata mendapat respon positif.  Pemasang iklan pun berebut. “Nah uang banyak dari situ,” katanya.  Dalam sebulan penghasilannya antara 2 ribu hingga 3 ribu dolar AS atau setara dengan Rp 26 juta -39 juta. "Itu dari Youtube saja ya, belum termasuk dari iklan.”

Sekarang, Bayu tidak bisa lagi sekadar iseng. Semua digarap secara serius. Mulai dari konsep hingga penayangan dirancang  dengan matang. Dia pun merekrut tenaga-tenaga profesonal, termasuk sejumlah temannya yang dulu turut membangun Skak.

Meski kesuksesan sudah di tangan, masih ada satu mimpi yang belum tercapai. “Impianku membuat film berbahasa Jawa,” kata salah satu Tokoh 17 Agustus ini.  Dia yakin film ini bisa mendatangkan banyak penonton. Sebab, suku Jawa di Indonesia ini mencapai 40 persen. Untuk itu dia masih perlu berjuang untuk mewujudkan mimpinya itu.

EKO WIDIANTO | SUSENO



Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Gerakan Makan Berkah Bantu Pasien Covid-19 yang Harus Isoman di Tangsel

14 Agustus 2021

Relawan Gerakan Makan Berkah saat membagikan makanan siap saji kepada masyarakat yang sedang isolasi mandiri diwilayah Ciputat Timur, Sabtu 14 Agustus 2021. Tempo/Muhammad Kurnianto
Gerakan Makan Berkah Bantu Pasien Covid-19 yang Harus Isoman di Tangsel

gerakan Makkah sudah memiliki empat dapur di Tangerang Selatan untuk membagikan makanan gratis setiap hari bagi pasien Covid-19 yang sedang isoman.


Usai Upacara, Sri Mulyani Ikut Flash Mob dengan Pegawai Kemenkeu

17 Agustus 2019

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati selepas menjadi Pembina Upacara Hari Kemerdekaan RI ke-74 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Sabtu, 17 Agustus 2019. Tempo/Caesar Akbar
Usai Upacara, Sri Mulyani Ikut Flash Mob dengan Pegawai Kemenkeu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ikut menari dalam flash mob yang diinisiasi oleh sejumlah pegawai Kementerian Keuangan.


Tokoh 17 Agustus: Kantong Pekerja Lepas Ryan Gondokusumo

21 Agustus 2017

Pendiri Sribulancer, Ryan Gondokusumo, saat ditemui Tempo di kantornya, kawasan Gandaria, Jakarta, 9 Agustus 2017. TEMPO/Nurdiansah
Tokoh 17 Agustus: Kantong Pekerja Lepas Ryan Gondokusumo

Ryan Gondokusumo berhasil mengembangkan situs penyedia jasa desain menjadi platform yang mewadahi ribuan pekerja lepas dalam waktu tiga tahun.


Tokoh 17 Agustus: Prasetyo Andy Mewujudkan Konsep Smart City

21 Agustus 2017

Head of IT Development Jakarta Smart City Prasetyo Andy Wicaksono. TEMPO/Imam Sukamto
Tokoh 17 Agustus: Prasetyo Andy Mewujudkan Konsep Smart City

Prasetyo Andy Wicaksono menerapkan aplikasi digital Qlue Jakarta Smart City untuk memecahkan masalah perkotaan.


Tokoh 17 Agustus: Firdaus Putra Aditama dan Koperasi Modern

20 Agustus 2017

Firdaus Putra Aditama. dok. pribadi
Tokoh 17 Agustus: Firdaus Putra Aditama dan Koperasi Modern

Tokoh 17 Agustus Koran Tempo salah satunya adalah Firdaus Putra Aditama, 32 tahun.


Tokoh 17 Agustus: Sulfahri, Kepincut Listrik Alga

20 Agustus 2017

Dokter Universitas Hasanuddin, Sulfahri (28) saat berada di antara  Ganggang (Alga) untuk bahan penilitian Alga menjadi Biotethanol dan biodisel di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, 14 Agustus 2017. TEMPO/Iqbal Lubis
Tokoh 17 Agustus: Sulfahri, Kepincut Listrik Alga

Sulfahri, 28 tahun, terpilih menjadi tokoh 17 Agustus Koran Tempo.


Tokoh 17 Agustus: Ricky Elson, Setrum Murah untuk Rakyat

20 Agustus 2017

Ilmuwan Ricky Elson. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Tokoh 17 Agustus: Ricky Elson, Setrum Murah untuk Rakyat

Ricky Elson, adalah salah satu tokoh edisi khusus Tempo Hari
Kemerdekaan 17 Agustus 2017.


Tokoh 17 Agustus, Mizan Bustanul Pembuat Kurikulum Anti Bencana

20 Agustus 2017

Mizan Bustanul Fuady Bisri, saat survey pasca gempa Nepal 2015 di di Gorkha, Nepal, 25 April 2017. dok. pribadi
Tokoh 17 Agustus, Mizan Bustanul Pembuat Kurikulum Anti Bencana

Dalam memperingati hari proklamasi 17 Agustus, redaksi Tempo
menampilkan tokoh edisi khusus. Salah satunya adalah Mizan
Bustranul Fuady Bisri.


Tokoh 17 Agustus: Ratih Pangestuti, Mengail Obat dari Lautan

19 Agustus 2017

Ratih Pangestuti di laboratorium Pusat Penelitian Oseanografi  LIPI, Jakarta, 14 Agustus 2017. Bioaktif peptida kuda laut mampu menurunkan peradangan pada mikroglia dan menghambat kematian sel saraf cholinergic. TEMPO/ Nita Dian
Tokoh 17 Agustus: Ratih Pangestuti, Mengail Obat dari Lautan

Ratih pangestuti, tokoh 17 Agustus di bidang kesehatan pilihan Koran Tempo, meneliti biota laut untuk mencari bahan baku obat.


Tokoh 17 Agustus: Solusi Gamal Albinsaid Mengatasi Biaya Medis

19 Agustus 2017

Chief Executive Officer (CEO) Indonesia Medika, Gamal Albinsaid, di Jakarta, 22 Maret 2016. TEMPO/Frannoto
Tokoh 17 Agustus: Solusi Gamal Albinsaid Mengatasi Biaya Medis

Melalui asuransi sampah, Gamal Albinsaid, tokoh 17 Agustus pilihan Koran tempo, membantu pelayanan kesehatan sekaligus menjaga kebersihan lingkungan.