TEMPO.O, JYogyakarta -Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto buka bukaan soal pengalamannya mendampingi empat presiden Indonesia pada era Soeharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid atau Gus Dur hingga Joko Widodo.
"Untuk (slogan) 'kerja, kerja, kerja' yang sekarang ini saya rasakan betul-betul kerja, betul itu, bukan karena saya jadi menteri," ujar Wiranto dengan raut serius di sela peresmian Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Rabu 8 Agustus 2017.
Baca juga: Wiranto: Silakan Bom Bunuh Diri, Asal Jangan Ajak Lainnya
Tak bermaksud membandingkan, Wiranto menuturkan bahwa tiap presiden sama-sama memiliki dinamika dan tantangan zaman sendiri sehingga mempengaruhi kebijakan mereka. Namun di era Jokowi, sebagai orang lama yang cukup tahu dinamika kabinet dari masa ke masa, Wiranto merasakan ada perbedaan pola kerja itu.
"Salah satu ukuran (perbedaan) itu misalnya sidang kabinet," ujar mantan Panglima TNI era presiden Soeharto dan BJ Habibie itu.
Wiranto mengingat-ingat, saat era Soeharto berkuasa sidang kabinet biasanya dilakukan presiden bersama para menterinya rata rata sebulan lima kali. Sedangkan saat masa BJ Habibie, sidang kabinet itu dua kali lipat lebih sering. Kemudian saat era Gus Dur sidang kabinet dalam sebulan biasanya enam sampai tujuh kali karena Gus Dur lebih banyak memberi pengarahan langsung.
"Tapi kali ini (di era Jokowi) dalam satu hari bisa dua sampai tiga kali sidang terbatas untuk masalah khusus," ujar Wiranto.
Dengan intensnya sidang terbatas masalah khusus ini, dalam sepekan Wiranto bisa mengikuti tiga kali sidang atau total dalam sepekan bisa ada sembilan kali sidang. Dalam satu bulan maka sudah 36 kali sidang. Soal tradisi sidang kabinet pun dirasakan Wiranto berkembang jauh di masa Jokowi.
PRIBADI WICAKSONO