TEMPO.CO, Kediri - Aparat Kepolisian Resor Kota Kediri membongkar sindikat pelacuran anak di media sosial. Korban berinisial LD, 15 tahun, ditawarkan oleh pacarnya sendiri berinisial NA seharga Rp 600 ribu kepada pria hidung belang.
NA, 23 tahun, warga Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, memperlihatkan foto telanjang LD kepada pria hidung belang melalui media sosial. “Diberi keterangan bahwa LD bisa diorder,” kata Kapolresta Kediri Ajun Komisaris Besar Anthon Haryadi, Senin 7 Agustus 2017.
Baca: Polisi Bongkar Prostitusi Anak di Bawah Umur, Segini Tarifnya...
Saat unggahannya mendapat respon pelanggan, NA menghubungi LD untuk bersiap. NA kemudian mengontak MH, 41 tahun, pemilik kos di Jalan Agus Salim, Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri untuk meminjamkan salah satu kamarnya. Selanjutnya pelanggan akan bertemu dengan NO, 19 tahun, yang bertugas mengantar ke rumah kos tersebut. Di tempat itu LD sudah menunggu.
Dari transaksi sebesar Rp 600 ribu sekali kencan, MA mendapat jatah Rp 50 ribu sebagai sewa kamar per jam. Seluruh transaksi tersebut dilakukan melalui transfer bank ke rekening NA. Belum diketahui pasti berapa bagian yang diterima LD atas pekerjaan kotor yang dilakukannya itu.
Simak: Prostitusi Anak di Bawah Umur Dibongkar Polisi Aceh Tamiang
Saat ditanya wartawan alasan melakukan bisnis hitam tersebut, NH berdalih hanya membantu LD yang sedang kesulitan keuangan. Bahkan dia juga mengaku sebagai pacar LD meski kerap menjualnya kepada pria hidung belang. “Saya hanya menolong dia karena kesulitan ekonomi,” kata NH.
Menurut penyelidikan polisi, NH diketahui telah menjual LD sebanyak enam kali sejak April 2017. Hingga kini polisi masih mengembangkan penyelidikan dengan mencari kemungkinan korban lain selain LD. Hal ini didasarkan pada pemeriksaan buku tamu di kamar kos tempat layanan seksual berlangsung yang mencantumkan banyak pengunjung setiap hari.
Polisi juga enggan menyebutkan jenis media sosial apa yang dipergunakan NH dalam menawarkan bisnis prostitusi anak ini. “Takutnya banyak pelanggan yang keburu tahu,” kata Anthon.
HARI TRI WASONO