TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi mengusulan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengambil langkah untuk memberikan perlindungan internasional terhadap Masjid Al-Aqsa sebagai kompleks suci bagi tiga agama, termasuk Islam, dan situs warisan dunia.
Menurut Retno, OKI harus secara kolektif mengupayakan perlindungan ini untuk mencapai keamanan, perdamaian dan stabilitas berkelanjutan di sana dan Palestina. “Umat Islam harus bersatu dan mengambil tindakan konkret untuk membantu Palestina,” kata Retno dalam keterangan tertulis, Selasa, 1 Agustus 2017.
Baca: Masjid Al Aqsa: Warga Palestina Bentrok dengan Polisi Israel
Rertno juga meminta Israel mengembalikan stabilitas dan memastikan status quo terhadap kompleks Masjid Al-Aqsa. Hal ini ia sampaikan saat berbicara dalam Pertemuan Terbuka Luar Biasa Komite Eksekutif OKI di Istanbul, Turki, hari ini.
Kkejadian di kompleks Masjid Al-Aqsa, ujar Retno, adalah refleksi dari kebijakan kekerasan yang melanggar hak asasi manusia dan dampak dari pendudukan ilegal Israel yang berkelanjutan di Palestina. “Apakah kita akan membiarkan kejadian seperti di Al-Aqsa terus berulang? kita tidak bisa membiarkan hal ini terus terjadi,” ujar Retno.
Negara-negara anggota OKI seharusnya menggunakan berbagai forum, termasuk Dewan Keamanan PBB untuk memberi tekanan pada Israel agar mengubah kebijakan yang diterapkan di Palestina. Selain itu, Retno mengusulkan agar OKI segera meminta Dewan HAM PBB di Jenewa untuk mengadakan pertemuan khusus membahas situasi pelanggaran HAM di Al-Aqsa.
“Insiden yang terjadi di Al Aqsa bukanlah yang pertama, namun merupakan bentuk kekerasan, pendudukan ilegal dan juga tindakan yang melanggar hak asasi manusia yang harus dipertanggung jawabkan oleh Israel,” tutur Retno.
Dalam pertemuan di Istanbul itu, Retno kembali menyampaikan pentingnya digulirkannya perundingan perdamaian berdasarkan prinsip two state solution. Sementara itu, Indonesia mengutuk keras pembatasan beribadah di Masjid Al-Aqsa dan kekerasan yang telah memakan korban.
Ketegangan di kawasan Masjid Al-Aqsa meningkat setelah polisi Israel meletakkan alat pendeteksi logam dan kamera pengawas di pintu masuk ke kompleks masjid yang juga dikenal sebagai Haram al-Sharif dan dikenal orang Yahudi sebagai Bukit Bait Suci.
Warga Palestina menolak pemasangan kamera dan detektor metal di pintu masuk masjid karena dianggap bagian dari penguasaan Israel terhadap tempat suci umat muslim. Mereka juga berpendapat bahwa penjagaan ketat itu sebuah hukuman kolektif.
Baca juga: Presiden Palestina Mahmoud Abbas Bekukan Hubungan dengan Israel
Israel telah mencabut detektor metal dan kamera pengawas. Namun mereka membuat peraturan baru dengan melarang pria Palestina berusia di bawah 50 tahun untuk menunaikan salat di sana.
AHMAD FAIZ