Esoknya, pada 11 April 2017, laki-laki itu berada di sekitar rumah Novel. Seorang tetangga Novel, yang pulang lebih cepat sebelum zikir subuh berakhir karena sakit perut, bersirobok dengan pria itu. Ia duduk di bangku semen di persimpangan berjarak sepuluh langkah dari masjid. Di dekat sang pria, tak jauh dari bangku itu, menurut tetangga Novel ini, ada seorang lelaki kurus yang berdiri di sebelah sepeda motor Yamaha NMAX hitam.
BACA: Novel Baswedan Disiram Air Keras, Ada 2 Lelaki Mata Elang
Laki-laki kurus ini tak ia kenali karena memakai helm dan jaket. Dari arah helmnya, lelaki itu tak mengalihkan pandangan dari pintu masjid. Sedangkan lelaki gempal yang duduk tak memakai helm. Tetangga Novel ini yakin ciri-cirinya mirip dengan pria dalam rekaman. "Badannya gempal, rambut ikal, wajahnya bulat," katanya.
Setelah itulah ia mendengar ribut-ribut dari arah masjid. Novel Baswedan, yang baru melangkah 30 meter dari pintu masjid, disiram air keras pada wajahnya. Sambil berteriak minta tolong, Novel lari ke masjid untuk membasuh muka. Tetangga lain yang pulang bersamanya geger dan sibuk menyediakan mobil untuk membawa Novel ke rumah sakit. "Ada banyak saksi yang melihat penyiram. Seharusnya polisi bisa segera membekuknya," ujar Novel lewat sambungan telepon dari Singapura.
BACA: WAWANCARA EKSKLUSIF Novel Baswedan
Dua laki-laki yang duduk di bangku persimpangan itu telah lenyap. Mereka diduga pelaku kejahatan ini. Di lokasi penyiraman, tertinggal cangkir yang dipakai sebagai wadah air keras. Polisi baru datang ke lokasi beberapa jam setelah kejadian dan melingkari lokasi itu dengan garis polisi.
Pagi itu, kabar segera tersiar. Novel Baswedan diserang orang tak dikenal. Ia terkenal sebagai penyidik KPK yang berani dan acap mengusut perkara besar. Saat kejadian itu, ia tengah mengulik dugaan korupsi proyek kartu tanda penduduk elektronik yang merugikan negara Rp 2,3 triliun. Banyak anggota Dewan Perwakilan Rakyat disebut menerima suap proyek jumbo pada 2010-2011 itu.
TIM TEMPO